"Jika pemerintah tidak menemukan solusi untuk masalah ini, itu akan menjadi lebih rumit dan serius," kata Sabir Qasmi, seorang ulama muslim di kota itu.
Garis keras seumur hidup Modi sendiri adalah anggota seumur hidup dari kelompok nasionalis Hindu Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).
Dia sempat dilarang masuk ke Amerika Serikat (AS) karena kerusuhan agama di Gujarat pada tahun 2002 ketika dia menjabat menteri kepala negara bagian Gujarat.
Sejak dia berkuasa, serangkaian hukuman mati tanpa pengadilan terhadap muslim oleh kelompok Hindu untuk apa yang disebut perlindungan sapi - hewan suci bagi banyak umat Hindu - dan kejahatan rasial lainnya telah menebarkan ketakutan dan keputusasaan di masyarakat.
Beberapa negara bagian telah mengeluarkan undang-undang anti-konversi ke Kristen dan Islam, termasuk melalui pernikahan - atau "jihad cinta" seperti yang disebut garis keras Hindu. Kelompok-kelompok kanan Hindu di Gurgaon mengatakan salat di tempat terbuka menimbulkan risiko "keamanan", menyebabkan masalah lalu lintas, dan mencegah anak-anak bermain kriket - olahraga populer di India.
Namun, para kritikus mengatakan alasan sebenar umat muslim menunaikan salat di tempat terbuka karena mereka tidak memiliki masjid baru karena kebijakan pemerintahan Modi.
Pengamat politik Arati R. Jerath mengatakan ada agenda untuk mengubah India dari negara yang pluralistik dan sekuler menjadi "negara Hindu."
"Apakah itu ruang ekonomi atau ruang untuk beribadah, atau ruang untuk makanan dan adat istiadat atau apa pun dengan identitas muslim, itu akan menjadi bagian dari proyek," kata Jerath kepada AFP.
"Ini belum tentu proyek yang disponsori pemerintah, tetapi tentu saja proyek oleh para pendukung pemerintah ini, yang...mendapatkan dukungan diam-diam dari pemerintah."
Baca Juga: Kasus Bunuh Diri oleh Ibu Rumah Tangga di India Semakin Banyak, Mengapa?
Dalam beberapa bulan terakhir puluhan orang dari kelompok kanan Hindu telah ditangkap karena kerap mengganggu jalannya ibadah salat Jumat di Gurgaon.
Ibadah salat Jumat di sana sekarang digelar dengan pengamanan dari kepolisian.
"Situasinya menakutkan. Kami tidak pernah menduga keadaan ini akan terjadi di Gurgaon," kata Altaf Ahmad, salah satu pendiri Dewan Muslim Gurgaon, organisasi masyarakat setempat. rap/ha (AFP, AP)
