Bank Dunia Peringatkan Ancaman Krisis Utang di Negara Berkembang

Kamis, 17 Februari 2022 | 13:50 WIB
Bank Dunia Peringatkan Ancaman Krisis Utang di Negara Berkembang
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Kondisi keuangan global yang lebih ketat dan pasar utang domestik yang dangkal di banyak negara berkembang menekan investasi swasta dan menghambat pemulihan."

Perhatian khusus Bank Dunia ditujukan pada masalah risiko utang yang tersembunyi. Pandemi telah mengekspos berbagai kelemahan besar, seperti kurangnya transparansi dalam melaporkan pinjaman bermasalah, dan manajemen aset yang tertunda-tunda, kata laporan itu.

Meskipun ada penurunan besar dalam pendapatan rumah tangga dan pendapatan bisnis yang disebabkan oleh pandemi, bagian keseluruhan dari pinjaman bermasalah tidak meningkat di banyak negara, tulis Bank Dunia.

"Ini mungkin karena kebijakan terlambat dan standar akuntansi yang longgar telah menutupi risiko tersembunyi yang signifikan," laporan itu memperingatkan. Inti dari rekomendasi Bank Dunia adalah pentingnya mempertahankan kredit untuk rumah tangga berpenghasilan rendah dan usaha kecil.

"Rumah tangga dan usaha kecil memiliki risiko terbesar terputus dari kredit, namun akses ke kredit bisa meningkatkan ketahanan rumah tangga berpenghasilan rendah, dan memungkinkan usaha kecil untuk menghindarii penutupan, tetap bertahan dalam bisnis, dan akhirnya tumbuh dan mendukung pemulihan," kata Bank Dunia.

Yang paling rentan akan terkena dampak paling parah Laporan terbaru Bank Dunia juga menyoroti risiko yang dihadapi oleh kelompok-kelompok usaha kecil jika akses ke kredit ditutup.Menurut Bank Dunia, 50% rumah tangga akan berjuang untuk mempertahankan tingkat konsumsi dasar lebih dari tiga bulan, sementara rata-rata bisnis mengatakan mereka hanya memiliki cukup cadangan untuk menutupi biaya operasi selama dua bulan.

"Sudah waktunya untuk memprioritaskan tindakan awal yang disesuaikan untuk mendukung sistem keuangan yang sehat yang dapat memberikan pertumbuhan kredit yang dibutuhkan untuk mendorong pemulihan. Jika tidak, mereka yang paling rentan yang akan terkena dampak paling parah," kata Carmen Reinhart, kepala ekonom di Bank Dunia.

Masalah lain, menurut laporan Bank Dunia adalah apa yang disebut "perusahaan zombie", yang menerima dana dari negara yang pada akhirnya akan sia-sia. Ada kekhawatiran terjadi gagal bayar di beberapa negara, termasuk Sri Lanka dan Ghana.

Menurut Bank Dunia, sekitar 60% dari semua negara berpenghasilan rendah perlu merestrukturisasi utang mereka.

Baca Juga: Bertemu Pimpinan Bank Dunia, Jokowi Singgung Soal Lonjakan Harga Pangan Dunia

Dengan ancaman ekonomi lainnya seperti inflasi, laporan tersebut mendesak pembuat kebijakan di negara-negara terkait untuk mengambil tindakan sesegera mungkin demi mencegah krisis utang yang akan memperburuk prospek pemulihan pasca-pandemi. (hp/pkp)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI