Beberapa dari mereka juga merasa kecewa dengan pihak universitas ketika mereka mencoba melaporkan apa yang terjadi.
“Beberapa orang di kelompok belajar juga membuat saya merasa tidak nyaman [membuat komentar seksis tentang perempuan], mengajukan pertanyaan pribadi, melakukan kontak fisik] tetapi ketika saya memberi tahu dosen, tidak ada yang dilakukan, jadi saya membatalkan mata kuliah itu," kata salah satu responden.
Laporan menyoroti perlunya 'perubahan budaya'
Profesor Dewar berterima kasih kepada mereka yang sudah melaporkan dan menurutnya perubahan budaya secara luas perlu dilakukan.
"Kontribusi Anda membantu kami membuat perubahan dan mempertimbangkan upaya yang diambil mungkin gagal, juga menemukan di mana budaya bisa diubah," ujarnya.
"Hasil survei adalah bagian dari bukti yang berkembang di Australia, menunjukkan pelecehan seksual dan kekerasan seksual menyebar di seluruh masyarakat."
"Sebagai sebuah bangsa, ini tidak dapat ditoleransi, dan sebagai sebuah sektor, kami akan terus menjadi bagian dari solusi."
Dia mengatakan perubahan telah dilaksanakan oleh institusi mengikuti laporan dan studi sebelumnya.
"Ini termasuk pelaporan yang lebih baik dan proses pengumpulan bukti, pelajaran soal consent, pendidikan soal respek, pedoman yang lebih kuat soal hubungan antara dosen dan mahasiswa, dan merombak cara laporan pelecehan seksual atau kekerasan seksual yang ditangani oleh universitas," katanya.
"Kami bekerja keras untuk membuat kampus kami lebih aman dan terjamin. Kami tahu kami perlu berbuat lebih banyak, dan kami akan melakukannya. Temuan ini akan memandu pekerjaan kami yang terus dilakukan."
Baca Juga: Selebgram Citra Andy Ngaku Alami Penganiayaan dan Pelecehan Seksual, Suami Olla Ramlan Terseret
Artikel ini diterjemahkan oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris.