Kremlin: Antara Kekuasaan, Tirani, dan Mitos

Sabtu, 23 April 2022 | 09:47 WIB
Kremlin: Antara Kekuasaan, Tirani, dan Mitos
DW

Custine melakukan kunjungan panjang ke Rusia pada 1839 untuk membuat tulisan tentang pemerintahan otoriter.

"Despotisme mengekang kebebasan berkembang rakyat," tulis bangsawan Prancis itu. "Semua pelayan di Kremlin bersikap sangat hati-hati dan curiga, terutama terhadap orang asing.”

Namun, diplomat, penulis, dan bangsawan Prancis itu juga mengungkapkan kekagumannya pada Kremlin.

"Sebuah metode konstruksi Rusia asli, yang mencatat kebutuhan Rusia dan jadi contoh tentang apa yang harus diikuti para pakar bangunan Rusia di kemudian hari."

Gereja Ortodoks selalu hadir Sejarawan Inggris, Merridale, menyebutkan gereja Ortodoks selalu hadir untuk mempersatukan pusat kekuasaan politik dan ikon kebudayaan Rusia, dua hal yang kelihatannya bertentangan.

Sebagai dampak invasi Mongol pada abad 14, para pemimpin federasi longgar Kievan Rus, yang saat ini menjadi Rusia, Ukraina, dan Belarus pindah ke Kremlin.

Sebuah gereja dibangun di dekat Kremlin, yang kemudian dikenal sebagai Katedral St. Basil dengan kubah keemasan, sebuah gereja ortodoks yang selalu hadir sepanjang sejarah Kremlin.

"Putin memanfaatkan koneksi gereja dan Kremlin untuk membangun citranya, melebihi para Tsar sebelumnya," kata Merridale.

"Dia berdoa dan menyulut lilin untuk dilihat publik dan menjalin kontak dengan para pemimpin gereja Ortodoks."

Baca Juga: Kehadiran Rusia di G20 Ditolak Sejumlah Negara, Kremlin Tegaskan Indonesia Sebagai Tuan Rumah

Ikon budaya Rusia

Kremlin juga selalu dijadikan tempat kediaman para Tsar. Namun, seiring dengan Revolusi Bolshevik pada 1918, untuk pertama kalinya Tsar digulingkan dan otoritas gereja ortodoks terputus. Kaum Bolshevik menguasai Kremlin.

Setelah itu para pemimpin komunis berkuasa dari Kremlin. Mereka membangkitkan lagi keunggulannya sebagai ikon budaya dan juga benteng pertahanan, baik dari serangan perang saudara, serangan pembunuhan, maupun pandemi mematikan. Lenin selamat dari pandemi kolera, tifus, dan flu Spanyol.

Ia punya kamar desinfeksi sendiri di sebelah kamar tidurnya. "Putin juga belajar dari Lenin untuk selamat dari pandemi saat ini. Pasalnya, Putin punya ketakutan luar biasa tertular COVID," kata sejarawan Inggris peneliti Kremlin itu.

Josef Stalin (1878-1953) yang jadi penerus Lenin, juga memanfaatkan sifat benteng pertahanan Kremlin.

Setelah kasus pembunuhan terhadap salah seorang pengikut setianya, Stalin tidak mempercayai siapapun. Ia mengusir seluruh "kamerad" dari Kremlin. Dimulailah era pembersihan dan proses pengadilan abal-abal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?