"aku isih iling, cah cilik ayu, ceria, ra nduwe duso" (aku masih ingat, anak kecil, cantik, ceria, belum punya dosa) "koyok jek wingi yo, tapi, cah cilik iku, sak iki, nang ambang nyowo, perkoro Santet menungso laknat!" (seperti baru kemarin rasanya, tapi sekarang, anak kecil itu
Terbaring sakit, melawan kodrat nyawanya, hanya karena santet dari manusia biadab!!) wajah mbah Tamin menegang, kosakata kalimatnya seperti penuh amarah, membuat Sri dan yang lain begidik ngeri.
"cah cilik iku, Dela, yo iku, sing nang kamar"(anak kecil itu Dela, dia yang di kamar)
"SANTET?" ucap Sri dan yg lain bersamaan wajah Sri dan yg lain semakin menegang.
"iyo, mangkane, cah iku di gowo nang kene, disingitno, ben isok tahan, sampe ketemu Awulurane" (iya, karena itu dia di smebunyikan disini, biar bisa bertahan, sampai ketemu cara memasang santetnya)
"sak iki, tak uruki tugas'e njenengan kabeh yo" (sekarang waktunya saya memberitahu tugas kalian disini)
Mbah Tamin berdiri, ia seakan memberi tanda agar Sri dan yg lain mengikutinya. Ia berjalan disamping sisi rumah, banyak sekali potongan kayu yg di susun. mMemang, rumah ini terlihat mengerikan, dengan pencahayaan yg hanya dari lampu petromax selain itu, kegelapan yang ada dimana-mana.
Ia berhenti tepat di belakang rumah, ada sebuah pagar bambu. Di mana, di dalamnya ada sebuah sumur. Di sana, tempat untuk mandi dan tempat untuk mengambil air untuk kebutuhan hidup selama tinggal disini. Termasuk untuk basuh sudo (tubuh mati) Dela yang terbaring tak bergerak.
Sudah 3 hari berlalu, Sri, Dini dan Erna, bergantian mengurus Dela. Mulai memandikanya, memberinya minuman. Gadis itu lebih seperti gadis yang tengah koma di bandingkan gadis yang di santet entah oleh siapa dan bagaimana latar ceritanya masih terlalu awam untuk tahu, pikir Sri.
Baca Juga: Link Nonton Sewu Dino, Film Horor Diangkat dari Cuitan Viral SimpleMan
Suatu sore, Mbah Tamin akan pergi. Ia berpesan kepada Sri dan yang lainya, untuk tetap menjalankan tugasnya dan tidak melupakan pantangan yang sudah ia ucapkan. Salah satunya, untuk tidak lupa mengikat Dela saat membuka keranda itu.
Tidak lupa, mbah Tamin juga berpesan untuk tidak membukakan pintu pada malam ini. Siapapun dan bagaimanapun, jangan membuka pintu ucap mbah Tamin, sebelum ia pergi melangkah menembus pepohonan hutan. Sri yang mendengarnya, merasa merinding setiap ingat pesan orang tua itu.
Hari sudah gelap, Sri menutup pintu dan jendela. Lalu pergi ke kamar disana ia melihat Dini sudah tidur. Di sampingnya Erna tengah meringis menahan sakit.
"koen kenek opo Er?" (kamu kenapa Er) tanya Sri,
"Sri, aku oleh jaluk tulung" (Sri, aku boleh minta tolong tidak)
"jalok tolong opo?" (minta tolong apa?)