Sri hanya menunduk, ia masih segan menatap wanita itu.
"angkaten sirahmu ndok, ra usah wedi ngunu mbah ki wes tuwek, ra usah hormat koyok ngunu" (angkat kepalamu nak, tidak usah takut begitu, mbah ini sudah tua loh, tidak perlu sehormat itu)
Sri hanya mengangguk dan ia tidak membuang rasa segannya seperti yg di perintahkan. Tibalah saat mbah Krasa, mengajukan beberapa pertanyaan yg sama. Mulai dari lahir, weton, penanggalan yang bahkan Sri sendiri bingung untuk menjawabnya. Puncaknya, saat ia menyentuh tangan Sri dan si mbaj tersenyum.
"ndok, gelem kerjo ambek mbah" (nak, kamu mau kerja sama saya) Sri pun mengangguk.
"jalok piro, bayaranmu sak wulane" (kamu minta berapa untuk gajimu dalam sebulan?) tanya mbah Krasa.
Sri bingung menjawabnya, kemudian, dengan gugup, ia mengatakannya. "700 ewu mbah, nek saget" (700 ribu nek, kalau bisa)
Sri sempat melirik wanita itu, terlihat ia tetap anggun dengan senyumannya.
"700 ewu" (700 ribu) katannya. "yo opo, nek tak kek'i sak wulane, 5 yuto" (bagaimana bila setiap bulan aku kasih kamu 5 juta) Sri kaget bukan maen, karena gaji PRT tahun itu rata-rata cuma 500 ribu.
Sri pun setuju, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Bahkan ketika si wanita sudah pergi, si pemilik jasa tidak akan memungut uang sepersen pun dari Sri. Hal ini membuat serentetan kejadian ini menjadi semakin aneh. Lekerjaan macam apa yg di gaji setinggi itu, tanya Sri dibenaknya yang membuat ia mulai ragu.
Baca Juga: Link Nonton Sewu Dino, Film Horor Diangkat dari Cuitan Viral SimpleMan
Namun Sri meyakinkan kapan lagi ia mendapat pekerjaan dengan gaji setinggi itu. Dalam hati kecil Sri, ia ingin melihat terlebih dahulu pekerjaan apa yg di berikan kepadanya. Keesokan harinnya, ia pergi ke rumah mbah Krasa. Di sana, ia melihat Erna dan Dini, mereka sama-sama terkejut satu sama lain.
Seperti sebelumnya mereka duduk menunggi giliran dipanggil, kali ini mereka akan diseleksi oleh semua anggota keluarga Karsa yang berjumlah 7 orang. Saat tiba giliran Sri dipanggil, ia diberi pertanyaan.
"ngeten mbak, kulo bade tandet, sampean purun, nyambut ten mriki, soale onok pantangan'e nak sampeyan purun, pantangane ra isok di cabut maneh" (begini mbak, saya mau tanya dulu, anda setuju bekerja disini karena ada larangan keras bila anda sudah menerimannya, larangannya tidak akan bisa dicabut) kata seorang wanita yg lebih muda. Umurnya berkisar sekitar 30'an.
"larangan nopo nggih mbak" (larangan seperti apa?)
Sri bisa melihat gelagat aneh, karena mereka saling memandang satu sama lain seakan pertanyaan Sri tidak perlu mereka jawab.
Mbah Krasa berdiri dari tempatnya, ia lalu berbisik pada Sri "uripmu bakal dijamin, nek awakmu gelem ndok, tapi nek awakmu gak gelem, mbah gak mekso" (hidupmu akan terjamin bila kamu mau, tapi saya tidak mau memaksa kalau kamu tidak mau)