
Ruhollah Khomeini dikenal sebagai tokoh agama Iran yang menentang dan kemudian menggantikan rezim pro-Barat pimpinan Shah Mohammed Reza Pahlavi.
Saat ia berada di tampuk kekuasaan, Khomeini mengubah negara menjadi Republik Islam dan lahirlah Iran seperti yang kita kenal sekarang.
Baik Khomeini dan Pahlavi sama-sama pernah berada di pengasingan.
Bagi Khomeini, ini terjadi pada 1964 hingga 1979. Kritiknya yang tajam membuat ia harus mengasingkan diri ke Turki, Irak, dan kemudian Prancis.
Dari Prancis, ia menyerukan para pendukung untuk menggulingkan pemerintahan Pahlavi.
Pada saat yang bersamaan, pemerintahan Pahlavi makin tidak populer di mata rakyat. Pecah kerusuhan, mogok, dan demonstrasi di mana-mana.
Pada Januari 1979, pemerintahannya ambruk, memaksa Pahlavi dan keluarganya melarikan diri.
Pada 1 Februari 1979, Khomeini kembali ke Iran dan mendapat sambutan gegap gempita. Iran lalu menggelar referendum nasional dan hasilnya ia menang mutlak.
Khomeini resmi menyandang sebagai pemimpin politik dan agama di Iran, gelar yang disematkan kepadanya seumur hidup.
Baca Juga: Negara Bangkrut, Presiden Kabur, Perempuan di Sri Lanka Beralih Jadi Pekerja Seks
Sementara itu, Pahlavi dan istrinya, Farah, terbang ke Aswan, Mesir, yang digambarkan sebagai perjalanan “hiburan” dan sekaligus untuk berobat.