Suara.com - Anggota Komisi VII DPR RI Mulan Jameela mengkritik program pemerintah untuk melakukan konversi kompos gas ke kompor induksi. Menurut dia, program tersebut terlalu dipaksanakan dan tergesa-gesa.
Hal itu disampaikan Mulan dalam rapat kerja antara Komisi VII dengan Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian pada Rabu (21/9).
"Urusan program ini adalah program kebijakan PLN dengan bapak presiden tapi saya lihat sepertinya terlalu buru-buru gitu. Kok mendesak banget," kata Mulan dikutip Jumat (23/9/2022).
Mulan mengatakan bahwa dirinya memahami bahwa Kemenperin sebatas melaksanakan mandat atas kebijakan konversi ke kompor induksi.
Tetapi menurut Mulan, program konversi ke kompor listrik bukan untuk menyelesaikan masalah. Melainkan menambah masalah yang baru.
"Kita tahu Kementerian Perindustrian hanya menjalankan mandat, tahu betul dan ini tujuannya untuk menekan laju impor gas elpiji dan bagaimana menyelesaikan permasalan over supply listrik, tahu betul, tahu betul tapi mbok ya dipikir," kata Mulan.
"Ini benar-benar apa ya, menimbulkan masalah lagi," sambungnya.
Tak Cocok Dipakai
Sebelumnya Mulan memberi kritik dan meminta pemerintah mengkaji lebih dalam terkait pergantian kompor elpiji ke kompor induksi. Ia menyatakan penggunaannya ini belum tentu cocok untuk masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Pro Kontra Konversi Kompor Listrik: Gak Cocok Buat Masakan Indonesia?
Berdasarkan pengalamannya, kompor listrik tidak cocok dipakai untuk memasak menu lokal Indonesia. Mulan bahkan mengaku di rumahnya sudah ada kompor jenis ini, namun yang digunakan masih kompor gas.
Hal tersebut Mulan sampaikan dalam rapat kerja Komisi VII dengan Ditjen ILMATE Kemenperin, Rabu (21/9/2022). Rapat ini juga disiarkan langsung melalui akun media sosial Komisi VII DPR RI.
"Ini saya jujur ya, kapasitas saya sebagai anggota dewan dan sebagai emak-emak. Kami di rumah aja punya kompor listrik tetap tak bisa lepas dari yang gas, karena masakan Indonesia ya beda bukan masakan orang bule yang pancinya ya seukuran gitu aja," ujar Mulan.
Oleh sebab itu, ia berharap program konversi kompor induksi ini tidak dilakukan secara terburu-buru. Menurutnya, jangan sampai program yang mulanya memiliki niat baik untuk menekan impor LPG justru menciptakan masalah baru.
Mulan juga menyoroti soal listrik yang akan digunakan. Ia khawatir pemakaian kompor induksi membuat tagihan listrik masyarakat membludak. Hal ini tentu bisa semakin memberatkan beban mereka.
"Masyarakat yang kekurangan daya listriknya kan 450 VA, ini kebutuhannya 1.200-1.800 watt, gede sekali," ungkap Mulan.