Kirk mengatakan kebijakan tersebut bisa membahayakan usaha pemulihan ekonomi Australia karena gagal mempertemukan kebutuhan pasar dengan pekerja yang tepat.
"Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah Australia tidak bisa menarik pekerja yang sangat berbakat dari luar Australia dan di waktu bersamaan kehilangan pekerja di dalam negeri," katanya.
'Mencari pekerjaan di negara lain'
Berdasarkan sistem visa Australia, pelamar perlu menyerahkan dokumen pernyataan ketertarikan atau Expression of Interest (EOI) yang memuat poin yang berhasil terkumpul berdasarkan pengalaman, pendidikan, keterampilan dan kemampuan berbahasa Inggris.
Departemen Australia kemudian memilih pelamar yang memenuhi syarat dan mengundang mereka untuk secara formal mengirimkan aplikasi.
Para pelamar visa mengatakan pada ABC mereka yakin bahwa EOI mereka akan diprioritaskan berdasarkan jumlah poin, bukan dari mana mereka berada.
Albert Tang, insinyur teknik sipil yang berusia 35 tahun terkejut ketika mendapatkan undangan untuk mengajukan visa 189 bulan ini.
Ia pindah ke Inggris awal tahun ini setelah gagal mendapatkan visa tinggal tetap saat masih di Australia.
Setelah menyelesaikan gelar doktoralnya di Southern Cross University pada tahun 2021, ia mengajukan surat pernyataan ketertarikan untuk visa regional, namun tidak menerima kabar.
"Saya merasa tidak ada harapan sehingga memutuskan mencari pekerjaan di negara lain," katanya.
Baca Juga: Mengenal Visa Second Home, Orang Asing Kini Bisa Tinggal Hingga 10 Tahun di Indonesia
Albert mengatakan ia masih ingin kembali ke Australia bila bisa menemukan pekerjaan di universitas Australia, sehingga ia mengirimkan EOI untuk visa 189 pada 3 Oktober lalu.