Informasi tentang HAARP terbuka dan bisa diakses oleh publik.
Sementara sambaran kilat atau petir jelang gempa Turki kemarin diduga merupakan fenomena earthquake lights atau EQL. Para pakar geofisika sejak lama telah mengenal fenomena ini.
Kilat atau petir saat gempa besar bisa terjadi akibat muatan listrik yang dihasilkan oleh beberapa jenis batuan yang bereaksi saat terjadinya aktivitas seismik. Batu basalt dan gabro diketahui bisa melepaskan listrik ke udara.
Teori ini salah satunya diyakini oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
"Fenomena pencahayaan (lightning) saat pelepasan energi gempa satu hal yang sangat lazim terjadi di berbagai tempat di muka bumi, itu aktivitas gelombang elektrimagnetic," terang Daryono di Twitter sembari membantah soal HAARP.
Aktivita EQL saat gempa ini pernah terekam terjadi saat Gempa Meksiko pada 2017 yang berkekuatan 8,1; gempa Quebec pada 1988; gempa Pisco di Peru pada 2007; dan gempa L'Aquila di Italia pada 2009.
Penjelasan lain soal sambaran kilat itu terkait dengan infrastruktur kelistrikan. Diduga saat terjadi gempa, infrastruktur listrik tumbang dan rusak sehingga memicu percikan listrik mirip petir.
Pakar dan lembaga peneliti kegempaan, termasuk BMKG, sebelumnya sudah menjelaskan bahwa gempa Turki dipicu oleh aktivitas tektonik lempeng Anatolia Timur.
Baca Juga: Fakta-fakta Terbaru Gempa Turki-Suriah: Korban Tewas 12.000, Termasuk 2 WNI