Suara.com - Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto, mengatakan, bahwa pihaknya menjadikan Golkar, PAN, PKB hingga Perindo sebagai skala perioritas untuk diajak bekerjasama politik mendukung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden di Pilpres 2024.
Hal itu disampaikan Hasto menanggapi soal kemungkinan munculnya poros baru atau poros keempat koalisi yang diinisiasi Partai Golkar dan PAN.
Hasto menyebut, jika kekinian partainya terus membuka ruang dialog dan komunikasi terkait kerja sama politik jelang Pilpres 2024.
"Ya kita terus melakukan dialog, tadi mba Puan Maharani langsung memimpin pertemuan dengan PPP apa pun persatuan dengan rakyat itulah kerja sama yang terbaik kerja yang sama seusai historis kita sebagai bangsa besar yang begitu plural," kata Hasto kepada wartawan dikutip Selasa (30/5/2023).
Kerja sama politik yang dibangun, PDIP dengan PPP dan Hanura dalam mendukung Ganjar Pranowo, menurut Hasto bisa membawa ke langkah yang lebih maju.
Terutama untuk membuka kemungkinan komunikasi dengan para partai politik lainnya. Terlebih yang ada dalam pemerintahan Jokowi-Maruf saat ini.
"Sehingga Golkar, PAN, PKB ini juga menjadi skala prioritas untuk diajak kerja sama termasuk di dalamnya ada Perindo," pungkasnya.
Poros Baru
Sebelumnya, Partai Amanat Nasional (PAN) hingga kini masih menimbang-nimbang arah dukungannya. Bakal ke Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto.
Baca Juga: Anies dan Koalisi Perubahan Kumpul Siang Ini, Bahas Apa?
Tetapi di luar nama dua capres tersebut, PAN menghadirkan opsi baru untuk mengusung Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon presiden dengan pendampingnya Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai cawapres.
"Ya saya melihatnya begini, bisa salah satu opsi misalnya ke Pak Ganjar, ke Pak Prabowo. Tapi bisa juga opsi yang kemarin kita sampaikan ke publik, Airlangga-Zulhas bisa juga," kata Sekjen PAN Eddy Soeparno kepada wartawan, Minggu (28/5/2023).
Menurut Eddy tidak ada yang salah dari wacana duet Airlangga-Zulhas. Ia berpandangan partai politik memiliki kewajiban untuk melahirkan kader menjadi pemimpin. Duet Airlangga-Zulhas tentu menjadi cerminan dari kewajiban itu, di mana keduanya merupakan kader terbaik di Golkar dan PAN.
"Bagi sebuah partai, kalau memang putra terbaiknya bisa maju di dalam Pilpres itu merupakan kebanggaan tersendiri. Mesin partai bisa bekerja optimal, caleg-caleg akan bekerja maksimal untuk itu," tutur Eddy.
"Jadi saya berharap memang kalau dilihat dari kondisi paling ideal ya kader yang maju, kalau di PAN namanya Zulhas, kalau di Golkar namanya AH (Airlangga Hartarto)," sambung Eddy.
Sementara itu, Waketum Golkar Ahmad Doli Kurnia melihat situasi ke depan masih dinamis. Termasuk terbukanya Pilpres diikuti empat poros.