Tapi ujar Josef, kalau diteliti, struktur tradisi Golkar ketua umumnya berasal kelompok induk organisasi (kino).
"Airlangga Hartato itu kan Kosgoro, kelompok organisasi Golkar, dan kaum saudagar yang masuk 1990-an. Kekuatan politik Golkar ini dipengaruhi kelompok kino-kino, angkatan muda apakah para saudagarnya. Apakah Jokowi bisa terlibat di sini?" tuturnya.
Sementara Di Gerindra, sosok Prabowo Subianto masih menjadi figur sentral. Kalau Prabowo jadi Presiden, menurut Josef, kemungkinan besar tetap memegang tongkat komando di Gerindra untuk mengendalikan koalisi besar di parlemen.
Melihat peluang-peluang itu, paling besar adalah Jokowi kembali ke PDIP mengingat hingga kini Jokowi tidak dipecat sebagai kader PDIP.
Apalagi kabar terbaru menyebutkan Jokowi sudah meminta bantuan Sultan Hamengkubuwono X untuk difasilitasi bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Jika islah antara Mega dengan Jokowi terjadi, peluang Jokowi menjadi Ketua Umum PDIP selanjutnya menggantikan Mega cukup lebar.
Karena PDIP butuh sosok pemimpin kharismatis untuk menjalankan roda organisasinya. Mengutip omongan Budiman Sudjatmiko, tradisi gerakan nasionalis Sukarno membutuhkan pemimpin yang kharismatik.
"Terakhir tokoh kharismatik itu Pak Jokowi itu. Sebelumnya Bu Mega, sebelumnya Sukarno. Bung Karno, Bu Mega, Pak Jokowi. Sosok figur yang difiguri kelompok nasionalis Sukarno," kata Budiman dikutip dari Youtube Panangkiat Simanungkalit.
Menurut Budiman, ada kesamaan antara Sukarno, Megawati dan Jokowi yaitu punya empati pada orang bawah.
Baca Juga: Yunarto Wijaya Samakan Nasib Jokowi Seperti Duterte, Dikhianati Orang yang Didukung
"Kaum nasionalis Sukarno selalu butuh tokoh seperti itu yang kharismatik. Ini saya khawatir jangan-jangan identitas tokoh yang sama belum berhasil diambil Pak Ganjar," kata Budiman.