Menjadi Terburuk, Praktik Jual Beli Suara Politik di Indonesia Urutan Pertama Dunia?

Tasmalinda Suara.Com
Kamis, 14 Maret 2024 | 17:11 WIB
Menjadi Terburuk, Praktik Jual Beli Suara Politik di Indonesia Urutan Pertama Dunia?
Ilustrasi tolak politik uang pada Pemilu. Praktik jual beli suara politik di Indonesia urutan pertama dunia? (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Erfin mengaku jika menjual ginjal karena membutuhkan uang mencapai US$50.000 untuk kampanyenya. Sebagian besar dari jumlah yang tersebut digunakan untuk  “tips” guna mendapatkan dukungan pemilih.

"Politik uang telah lama menjadi bagian dari politik elektoral di Indonesia, khususnya dalam pemilu legislatif di mana puluhan ribu kandidat bersaing untuk mendapatkan kursi terbatas. Sebagian besar politisi menyesalkan meningkatnya tekanan terhadap mereka untuk terlibat dalam pembelian suara, dan menyatakan bahwa transaksi semacam itu telah menjadi bagian dari politik sehari-hari.." tulisnya.

Karena para pemilih meyakini siapa pun yang terpilih akan cepat melupakan konstituennya setelah Pemilu berlangsung.

Survei Indikator Politik pada 14 Februari 2024 terhadap 2.975 pemilih menungkapkan jika 46,9 persen di antaranya menganggap politik uang sebagai hal yang “normal ” . 

Temuan lainnya yakni baik responden perempuan, pemilih muda, kelas menengah ke bawah, dan Muslim lebih cenderung menganggap pembelian suara dapat diterima.

Faktor pendidikan yang rendah juga meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap praktik jual beli suara karena mereka tidak menyadari bahwa politik uang juga merugikan keterwakilan politik.

Sementara bagi pemilih muslim, banyak kandidat yang menyelubungi persembahan mereka dalam terminologi agama, seperti menyebut mereka sebagai sedekah (sedekah).

Meski sedekah merupakan ajaran Islam yang penting, namun tidak dibenarkan juga dilakukan bagi jual beli suara politik.

"Pada tahun 2019, 67,2 persen responden menganggap politik uang tidak dapat diterima, namun pada tahun 2024, angka ini turun menjadi 49,6 persen," ujarnya dalam tulisan penelitian tersebut.

Baca Juga: KawalPemilu Diserang Pendukung Paslon yang Kalah, Burhanuddin Muhtadi Ibaratkan Orang Sakit Keras

Sehiingga ia mengungkapkan banyak kandidat yang secara aktif melakukan pembelian suara, karena dapat mengubah hasil pemilu mereka secara signifikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI