Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelajaran Berharga dari Kontroversi Gus Miftah

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 04 Desember 2024 | 16:06 WIB
Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelajaran Berharga dari Kontroversi Gus Miftah
Gus Miftah. [Instagram/gusmiftah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kontroversi Miftah Maulana alias Gus Miftah yang mengolok-olok dengan kata kasar kepada penjual es teh membuatnya mendapat kritikan pedas dari warganet. Tak sedikit yang kecewa dengan perbuatannya, mengingat Gus Miftah adalah seorang penceramah.

Di media sosial, banyak netizen menekankan pentingnya adab atau akhlak sebelum ilmu, mengutip pepatah Arab Al Adabu Fauqol 'Ilmi yang berarti “Adab Lebih Dahulu daripada Ilmu.” Salah satunya adalah akun TikTok fitriloloallo yang mengunggah potongan ceramah Ustaz Abdul Somad tentang adab dan ilmu, di atas gambar ilustrasi penjual teh yang diolok-olok Gus Miftah.

"Adab lebih tinggi daripada ilmu. Saya lebih suka orang yang ilmunya biasa-biasa saja tapi beradab daripada orang banyak hapal ayat, banyak hapal hadits, tapi kurang ajar. Yang paling tinggi ilmunya adalah Iblis. Iblis ilmunya lebih tinggi daripada malaikat," katanya, ditulis Rabu (4/12/2024).

Sementara itu di laman Instagram @GusMiftah, kritikan pedas juga berdatangan dari netizen. Rata-rata mempertanyakan adab Gus Miftah yang disebut tak sesuai dengan ajaran Islam.

"Dahulukan ADAB diatas Ilmu," kata warganet.

"Lidah mu mencerminkan watakmu. Kau suka menghinakan dan merendahkan orang lain, siap2 aja Allah akan menghinakan anda juga!" pesan yang lain.

"Ilmu gak ada, apalagi adab. Gusss gussss.. semoga dapat hidayah yahhh !!!" tulis warganet.

Kedudukan Adab dan Ilmu dalam Islam

Baca Juga: Gus Miftah Olok-olok Pedagang Es Teh di Depan Publik, Bukti Cara Pandang Bias Kelas

Dalam Islam, pencarian ilmu dipandang sebagai ibadah, bukan hanya aktivitas intelektual. Melansir laman IAIN Kudus, ulama besar abad ke-7 Hijriah, Imam Badruddin Ibnu Jama'ah, menegaskan bahwa ilmu hanya dapat membawa manfaat jika disertai dengan persiapan spiritual dan akhlak yang mulia.

Dalam karyanya yang terkenal, Tadzkiratu as-Sami' wa al-Mutakallim, ia menguraikan pedoman etis untuk para ulama dan pelajar, yang tetap relevan hingga saat ini. Proses mencari ilmu dikatakannya memberikan tuntutan tidak hanya bagi pelajar, tapi juga guru.

Bagi para guru, penting untuk selalu menyadari pengawasan Allah (muroqabah) dalam setiap langkahnya. Mereka dituntut memiliki niat yang tulus dalam menyebarkan ilmu demi pengabdian kepada Allah, bukan untuk mencari pujian atau keuntungan duniawi. Selain itu, menjaga kesucian spiritual dan fisik menjadi hal yang esensial agar ilmu yang diajarkan dapat membawa keberkahan.

Sementara itu, bagi pelajar, proses belajar harus dimulai dengan kerendahan hati, disertai upaya membersihkan hati dari sifat-sifat negatif seperti iri, kesombongan, dan ketidakjujuran. Pelajar juga diingatkan untuk memandang ilmu sebagai sarana pengabdian kepada Allah dan masyarakat, bukan sekadar alat untuk mencapai pencapaian pribadi atau prestise akademik.

Kasus yang melibatkan Gus Miftah menjadi pelajaran nyata bagaimana akhlak memainkan peran penting, terutama bagi sosok publik yang sering dijadikan panutan.

Dalam Islam, menegur adalah bagian dari amar ma'ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), namun harus dilakukan dengan cara yang baik dan bijaksana. Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan pentingnya kelembutan dalam berdakwah. Sebuah hadis menyebutkan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI