Rencana Cetak Rp20 Triliun Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin Gagal Karena Ini

Muhammad Yunus Suara.Com
Rabu, 01 Januari 2025 | 09:35 WIB
Rencana Cetak Rp20 Triliun Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin Gagal Karena Ini
Syahruna, tersangka sindikat pembuatan dan peredaran uang palsu di Sulsel [Suara.com/Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tersangka sindikat uang palsu di Universitas Islam Negeri Alauddin Kabupaten Gowa, Syahruna mengaku berencana mencetak uang palsu sebanyak 20 triliun rupiah. Syukurnya, hal tersebut tidak terealisasi karena ditangkap polisi.

Syahruna bertugas sebagai pencetak uang palsu. Ia mengaku belajar secara otodidak.

Sebagian ilmu mencetak uang palsu juga didapatkan dari pengusaha Annar Salahuddin Sampetoding.

Annar saat ini sudah ditetapkan sebagai tersangka bersama 17 orang lainnya.

"Saya belajar sendiri dan diajari sama bos Annar," ucapnya dikutip dari akun youtube TVOne, Selasa, 31 Desember 2024.

Ia menjelaskan, produksi uang palsu yang dikerjakan tidak selalu berhasil. Setidaknya butuh 12 kali cetak ulang hingga mendapatkan hasil yang nyaris sama dengan mata uang sah.

Sekali print, lanjutnya, mesin itu bisa menghasilkan 19 lembar uang pecahan 100 ribu.

"Dalam satu hari bisa sampai 100 juta, tapi sekitar 60 persen yang rusak. Warnanya pudar dan blepotan. Jadi tidak semua bisa (diproduksi)," jelasnya.

Di bagian cetak, Syahruna dibantu oleh satu tersangka lainnya bernama Ambo.

Sementara, tersangka Andi Ibrahim bertugas mengkoordinir lokasi dan distribusi uang.

Baca Juga: Bisnis dan Kekayaan Annar Sampetoding, Pengusaha Siner Group

Syahruna mengungkap, mesin print itu diletakkan di dalam kamar mandi di gedung perpustakaan UIN Alauddin. Ruangannya sengaja disekat dengan peredam agar tidak menimbulkan bunyi.

Mesin cetak yang dibeli khusus dari China ini disebut bisa mencetak uang dengan akurasi sempurna. Tingkat presisinya juga lebih tinggi.

"Kertasnya gak ada dijual di Indonesia. Pesan di China semuanya. Sekali produksi, kita butuh (anggaran) hingga Rp300 juta," ucapnya.

"Tidak ada yang curiga. Orang kampus pikirnya kita cetak brosur kampus. Jadi kami sengaja buka pintu supaya karyawan tidak curiga," lanjut pria yang bekeja sebagai karyawan swasta itu.

Pelaku biasanya bekerja selama 7 jam dalam sehari. Namun, seminggu sebelum ditangkap, mereka lembur hingga dini hari karena permintaan dari Andi Ibrahim.

Kata Syahruna, Andi Ibrahim memintanya mencetak uang miliaran untuk dipakai pada Pilkada serentak 2024.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI