Mimpi Jadi Editor, Nyata Jadi Budak Judol: Kisah Pilu Warga Bekasi di Kamboja

Galih Prasetyo Suara.Com
Jum'at, 18 April 2025 | 20:27 WIB
Mimpi Jadi Editor, Nyata Jadi Budak Judol: Kisah Pilu Warga Bekasi di Kamboja
Mimpi Jadi Editor, Nyata Jadi Budak Judol: Kisah Pilu Febby Warga Bekasi di Kamboja [Suara.com/Mae Harsa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Rp23 juta itu dihitung dari biaya transport gua berangkat, pembuatan paspor, sama jalur VIP segala macem,” kata Febby.

Akhirnya setelah 7 bulan bekerja di Kamboja, Febby berhasil menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membayar uang tebusan tersebut. Ia akhirnya berhasil ke tanah air pada 17 November 2024.

Cerita Warga Bekasi Lain Tewas di Kamboja

Ikhwan Sahab (27), pemuda asal Babelan, Kabupaten Bekasi dikabarkan tewas di Kamboja pada Senin (14/4/2025). Keluarga korban mengungkap, Ikhwan tewas setelah mengalami penyiksaan di tempat korban bekerja.

Adik korban, Subyantoro (24) mengatakan, Ikhwan berangkat ke Kamboja pada awal Februari 2024. Kepada orang tuanya, ia mengaku tengah dimutasi oleh perusahaan tempatnya bekerja.

“Bilangnya ke orang tua izinnya itu mutasi dari perusahaan lamanya. Tetapi saya juga udah curiga, enggak mungkin gitu kan tiba-tiba pindah ke sana,” kata Subyantoro saat ditemui wartawan.

Pada kenyataannya, Ikhwan dijanjikan dipekerjakan di perusahaan resmi sebagai admin judi online (judol) dengan gaji sekitar Rp30 - Rp40 juta per bulan.

Sayangnya, saat tiba di Kamboja, Ikhwan justru dipekerjakan di perusahaan scamming atau penipuan yang sasarannya adalah warga Indonesia.

Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja [Suara.com/Mae]
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja [Suara.com/Mae]

Subyantoro mengatakan, enam bulan pertama, komunikasi antara keluarga korban masih berjalan baik. Ikhwan rutin memberi kabar lewat panggilan video dan telepon.

Baca Juga: Iwan Sumule Persoalkan Kaidah Jurnalistik Terkait Wakil Ketua DPR Dasco

Namun, sejak Januari 2025 komunikasi yang terjalin mulai berubah, Ikhwan tak lagi pernah panggilan video, hanya sebatas telepon saja.

Hingga suatu hari, keluarga dihubungi oleh seseorang yang menggunakan nomor Ikhwan dengan meminta uang tebusan untuk memulangkan Ikhwan.

"Itu kayak bosnya gitu dia minta uang tebusan sekitar 60 juta. Saya curiga, saya bilang ke mama saya jangan ditransfer. Apalagi transfernya ke rekening kakak saya. Itu kayak nantinya kalau emang ada sesuatu kita nggak bisa ngelacak. Engga ditransfer lah sama orang tua saya," tuturnya.

Kemudian, pada 3 April 2025, Subyantoro mengatakan ia mendapat telepon dari perawat salah satu rumah sakit di Kamboja. Kepadanya, perawat tersebut mengabarkan bahwa Ikhwan dalam keadaan koma sejak 2 hari terakhir.

“Itu dikabarin melalui susternya. Susternya menjelaskan kakak saya itu udah koma selama di rumah sakit 2 hari. Berarti masuk rumah sakit itu sekitar tanggal 28 Maret,” ujar Subyantoro.

Setelah bangun dari koma, Subyantoro sempat beberapa kali berkomunikasi dengan sang kakak melalui panggilan video. Saat itu, ia melihat kondisi Ikhwan sangat memprihatinkan dengan luka di sekujur tubuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI