Sebelum pelaksanaan Seba, masyarakat Baduy menjalani serangkaian upacara adat, yaitu Kawalu dan Ngalaksa. Kawalu adalah masa puasa dan penyucian diri selama tiga bulan, sedangkan Ngalaksa adalah upacara panen padi.
Seba Baduy menjadi puncak dari rangkaian upacara tersebut, menandai akhir masa panen dan awal masa tanam berikutnya.
Upacara Seba Baduy sendiri memiliki makna spiritual dan budaya serta memperkuat hubungan antara masyarakat adat dan pemerintah.
Melalui tradisi Seba Baduy, masyarakat Baduy menyampaikan aspirasi, harapan, dan laporan kepada pemerintah, serta mempererat tali silaturahmi.
Tradisi Seba Baduy juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, ketulusan, dan harmoni dengan alam.
Di tengah tantangan modernisasi, masyarakat adat Baduy tetap menjaga dan melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Karenanya, Upacara Seba Baduy bukan hanya sekadar ritual tahunan, namun juga simbol keberlanjutan budaya dan komitmen masyarakat Baduy dalam menjaga warisan leluhur mereka.