Ini Kepanjangan QRIS yang Bikin Transaksi Lebih Cepat & Aman

Muhammad Yunus Suara.Com
Kamis, 22 Mei 2025 | 14:15 WIB
Ini Kepanjangan QRIS yang Bikin Transaksi Lebih Cepat & Aman
Salah satu inovasi yang menjadi tonggak penting dalam sistem transaksi di Indonesia adalah QRIS [Suara.com/Muhammad Yunus]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di era digital yang terus berkembang, sistem pembayaran mengalami transformasi besar.

Salah satu inovasi yang menjadi tonggak penting dalam sistem transaksi di Indonesia adalah QRIS.

Merupakan kepanjangan dari Quick Response Code Indonesian Standard atau Kode Respon Cepat Standar Indonesia.

QRIS adalah standar kode QR nasional yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).

Untuk memudahkan transaksi digital secara cepat, aman, dan efisien.

Apa Itu QRIS?

QRIS merupakan sistem pembayaran berbasis kode QR yang menyatukan berbagai jenis aplikasi pembayaran digital, seperti dompet digital (e-wallet), mobile banking, dan aplikasi pembayaran lainnya.

Dengan QRIS, satu kode QR dapat digunakan untuk menerima pembayaran dari berbagai penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP), baik bank maupun non-bank.

Artinya, pedagang atau merchant tidak perlu lagi memiliki banyak kode QR dari berbagai aplikasi.

Baca Juga: QRIS Bisa Digunakan di Jepang dan China! India, Korsel dan Arab Saudi Segera Menyusul

Cukup satu QRIS, dan pembeli bisa membayar dengan aplikasi apa pun yang sudah terintegrasi dengan sistem ini.

Inilah yang membuat QRIS disebut sebagai “interkoneksi” dalam sistem pembayaran digital di Indonesia.

Sejarah QRIS di Indonesia

QRIS resmi diluncurkan pada 17 Agustus 2019 oleh Bank Indonesia. Peluncuran ini bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai simbol kemerdekaan pelaku usaha dari kerumitan sistem pembayaran digital yang sebelumnya terfragmentasi.

Sebelum QRIS hadir, sistem pembayaran digital di Indonesia masih terpecah-pecah.

Setiap penyedia layanan punya kode QR sendiri. Sehingga konsumen hanya bisa bertransaksi jika aplikasi yang digunakan sesuai dengan kode QR yang tersedia.

Hal ini menyulitkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Karena mereka harus menyediakan banyak kode untuk menjangkau konsumen dari berbagai aplikasi.

Dengan lahirnya QRIS, Bank Indonesia ingin menciptakan ekosistem pembayaran digital yang inklusif, efisien, dan terintegrasi.

Standarisasi ini juga mendukung misi pemerintah menuju Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) serta digitalisasi UMKM di seluruh Indonesia.

Penerapan QRIS dan Perkembangannya

Sejak diluncurkan, QRIS terus mengalami perkembangan pesat. Awalnya, penggunaan QRIS difokuskan pada sektor UMKM sebagai garda terdepan ekonomi rakyat.

Namun, seiring waktu, adopsinya meluas ke sektor-sektor lain seperti parkiran, tempat ibadah, transportasi publik, rumah sakit, hingga instansi pemerintah.

Bank Indonesia mencatat, hingga awal tahun 2025, lebih dari 30 juta merchant di seluruh Indonesia telah menggunakan QRIS.

Dengan dominasi pelaku usaha mikro dan kecil. QRIS juga telah mendukung transaksi lintas negara (cross-border) di kawasan ASEAN, termasuk kerja sama dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Hal ini memungkinkan wisatawan mancanegara melakukan pembayaran di Indonesia hanya dengan aplikasi pembayaran dari negara asalnya.

Selain itu, Bank Indonesia juga mengembangkan fitur tambahan seperti QRIS Tuntas yang memungkinkan fungsi tarik tunai, transfer, dan setor tunai hanya dengan memindai kode QR.

Fitur ini menjadikan QRIS tidak hanya sebagai alat pembayaran, tetapi juga sebagai kanal transaksi perbankan yang lebih lengkap.

Kondisi Terkini dan Tantangan

Meski pertumbuhan pengguna dan merchant QRIS terus meningkat, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi.

Salah satunya adalah literasi digital, terutama di daerah-daerah terpencil yang belum sepenuhnya familiar dengan transaksi non-tunai.

Selain itu, masih ada gap infrastruktur digital seperti jaringan internet yang belum merata.

Serta keterbatasan perangkat smartphone yang kompatibel di kalangan masyarakat ekonomi bawah.

Namun demikian, pemerintah dan Bank Indonesia terus melakukan edukasi dan sosialisasi secara masif.

Termasuk melalui program digitalisasi desa dan transformasi ekonomi inklusif berbasis teknologi.

Komitmen ini diperkuat dengan sinergi bersama pemerintah daerah, perbankan, serta penyelenggara fintech dan e-wallet lokal.

Bank Indonesia juga memberikan insentif biaya kepada merchant dan pelaku UMKM untuk mempercepat adopsi QRIS.

Misalnya, dengan kebijakan Merchant Discount Rate (MDR) sebesar 0% untuk sektor pendidikan dan sosial, serta MDR ringan untuk pelaku usaha kecil.

Harapan ke Depan

QRIS menjadi simbol kemajuan sistem pembayaran Indonesia menuju era digital yang lebih inklusif dan modern.

Kehadiran QRIS tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga membuka akses keuangan formal bagi jutaan UMKM yang sebelumnya belum tersentuh layanan perbankan.

Dengan semakin luasnya pemanfaatan QRIS, diharapkan Indonesia bisa mempercepat target cashless society dan meningkatkan daya saing ekonomi digital secara global.

Sebagai masyarakat, peran kita adalah mendukung transformasi ini dengan mulai membiasakan diri menggunakan pembayaran digital.

Tidak hanya demi kenyamanan, tetapi juga demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih efisien dan transparan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI