Suara.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kerap menyapa para warga dalam kunjungannya ke suatu wilayah. Namun terbaru, Dedi Mulyadi mengaku tangannya sakit akibat cara bersalaman warga yang dinilai terlalu kencang.
Hal ini disampaikan oleh Dedi Mulyadi melalui video pendek yang diunggahnya di akun TikTok @dedimulydiofficial.
Lelaki yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) tersebut mulanya membagikan kondisi lengannya usai bertemu dengan para warga.
"Saya mohon maaf kalau ini pegang kameranya nggak bisa dijauhin karena tangannya masih bengkak. Ibu-ibunya sayang banget sama saya, saking sayangnya kalau salaman sambil jerit, sambil ditarik, sambil jarinya dipelengkingkan sehingga jari dan tangan saya bengkak seharian," ucap Dedi Mulyadi.
Bukan tanpa sebab, rupanya bagian tangan tersebut sudah pernah mengalami trauma akibat jatuh. Dedi Mulyadi membeberkan bahwa bagian tangannya itu harus beristirahat setidaknya selama satu bulan agar bisa pulih kembali.
"Itu problemnya dulu saya pernah jatuh, kemudian jarinya mengalami masalah, dan engkel tangannya mengalami masalah, sehingga kalau mendapat hentakan pasti trauma dan bengkak, sehingga nanti saya mohon maaf salamannya tidak bisa langsung diulurkan, apalagi jumlah ribuan di Kota Bekasi karena saya harus rehat dulu, tangannya selama sebulan biar sembuh lagi," beber Dedi Mulyadi.
Tak hanya itu, mantan Bupati Purwakarta tersebut juga menyoroti para pendukung maupun haters yang mengkritiknya. Dedi Mulyadi menyebut bahwa orang-orang yang sering mengkritiknya selalu memberikan banyak julukan.
"Dan saya mengucapkan terima kasih, banyak yang mencintai saya. Mencintai saya ada yang memuji, ada yang mengkritik. Yang mengkritik memberikan gelar kepada saya, banyak sekali gelarnya. Dari mulai gubernur konten, gubernur lambe turah, Mulyono jilid 2, kemudian gubernur yang mungkin dungu," sambung Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi lantas menyinggung kejadian yang baru-baru ini terjadi dan melibatkan seorang kiai pengurus sebuah pondok pesantren di Garut.
Baca Juga: Pengakuan Pria Penyiram Dedi Mulyadi: Bawa Jimat Dibungkus Kain Putih!
Dalam video yang tersebar, kiai tersebut diduga menyindir Dedi Mulyadi dengan mengatakan bahwa jika gubernur melarang politik masuk pesantren, maka gubernur tersebut tolol dan bloon.
Mendapat cacian seperti itu, sejumlah pendukung Dedi Mulyadi lantas menghujat sang kiai. Hal itu lantas menjadi sorotan Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi berpesan agar para pendukungnya tidak perlu menanggapi pernyataan tersebut dengan terlalu serius.
"Kemudian yang terbaru ini juga ada lagi, saya tidak tahu apakah ucapannya ditujukan pada saya atau bukan, tetapi orang menanggapi bahwa ucapannya ditujukan pada saya, sehingga melakukan pembelaan yang luar biasa. Santai aja, nggak usah bikin ribut. Kalau ada orang yang mengkritik, tanggapi dengan rileks karena dia sayang sama saya, yaitu gubernur tolol," ujar Dedi Mulyadi.
Walaupun disebut sedemikian rupa, Dedi Mulyadi mengatakan tak ambil pusing karena tindakannya dilakukan demi kepentingan masyarakat luas. Diduga bahwa kiai tersebut mengkritik Dedi Mulyadi karena proposal hibah yang dihentikan olehnya.
Dalam pernyataannya, Dedi Mulyadi bahkan menyinggung bahwa dana hibah yang biasanya diberikan justru dibagikan kembali.
"Bagi saya, lebih baik jadi pemimpin yang dianggap tolol tapi bisa berbuat yang terbaik bagi kepentingan masyarakatnya, bisa membangun transparansi anggaran pemerintah sehingga publik bisa mengakses, bisa merubah dana hibah yang biasanya jadi bancakan dan itu bisa saya buktikan kebancakanannya dan SPJ-SPJnya yang diragukan itu menjadi dana yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak," jelas Dedi Mulyadi.
Oleh karena itu, lebih baik dana tersebut digunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti membangun infrastruktur dan fasilitas publik.
"Membangun sekolah baru, memperbaiki ruang kelas, memberikan beasiswa pada anak-anak yang dianggap miskin dari keluarga miskin, sekarang jumlahnya 12.600, saya pengennya jadi 20 ribu karena belum tentu orang yang tidak didata itu tidak miskin, mereka bisa jadi tidak terdata dengan baik tapi miskin. Saya pengen jadi 20 ribu, mereka sekolah di sekolah pemerintah dan kemudian nanti mendapat alokasi 3,6 juta untuk membeli sepatu, beli baju, dan mereka bisa bersekolah dengan baik," timpal Dedi Mulyadi lagi.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi pun menyebut bahwa pihaknya pun sudah menyiapkan beasiswa khusus untuk para santri di pondok pesantren serta peremajaan jalanan di provinsi yang dimulai secara perlahan.
"Kemudian juga memberikan beasiswa untuk santri. Kita sudah menyiapkan beasiswa untuk santri yang tidak mampu di seluruh Provinsi Jawa Barat. Jalan-jalan sudah dibangun terus mulai sekarang di berbagai tempat, walaupun kita baru fokus di jalan provinsi karena itu yang menjadi kewajiban kita," imbuh Dedi Mulyadi.
Dana tersebut pun tampaknya juga akan dimasukkan ke dalam perubahan anggaran baru yang terkait dengan tunggakan BPJS Provinsi Jawa Barat.
"Kemudian BPJS nunggak 334 miliar, tidak dibayarkan ke kabupaten kota sehingga nanti banyak warga yang tidak bisa dibayarkan BPJS ketika sakit, diperubahan anggaran akan saya masukkan. Jembatan-jembatan gantung sudah sudah mulai dibangun, kemudian juga warga yang mengeluh dulu kena longsor, rumahnya belum diganti, sekarang sudah secara perlahan diganti rumahnya," sambungnya.
Menurut Dedi Mulyadi, upaya-upaya yang dilakukannya saat ini demi memenuhi kepentingan masyarakat secara luas sebagai pemimpin di Jawa Barat.
"Seluruh rangkaian itu dilakukan untuk kebaikan masyarakat. Bagi seorang pemimpin yang diutamakan adalah kepentingan banyak orang, bukan kepentingan sedikit orang. Walaupun mementingkan kepentingan banyak orang, pasti mengecewakan kepentingan sedikit orang," pungkas Dedi Mulyadi.