suara hijau

Bagaimana Teknologi Ramah Lingkungan Bisa Bantu Petani Kurangi Emisi dan Biaya Produksi?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 02 Juli 2025 | 10:41 WIB
Bagaimana Teknologi Ramah Lingkungan Bisa Bantu Petani Kurangi Emisi dan Biaya Produksi?
Ilustrasi petani wanita di sawah [Pexels/Do Do PANTHAMALY]

Suara.com - Produksi beras di Indonesia menghadapi tantangan besar: emisi karbon yang tinggi dari penggilingan berbasis diesel dan tingginya biaya operasional.

Masalah ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga menggerus pendapatan petani dan pelaku usaha penggilingan padi.

Menjawab persoalan ini, Program SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project yang didanai Uni Eropa hadir sebagai solusi.

Program ini mendukung petani untuk beralih ke produksi beras ramah lingkungan dengan memberikan fasilitas dan pendampingan kepada 150 penggilingan padi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, demikian seperti dikutip dari ANTARA. 

Ilustrasi petani Indonesia di sawah (Pexels/hartono subagio)
Ilustrasi petani Indonesia di sawah (Pexels/hartono subagio)

Teknologi yang diperkenalkan mencakup transisi dari mesin penggiling berbasis diesel ke energi listrik yang lebih ramah lingkungan.

Tujuannya jelas: mengurangi emisi karbon, menekan biaya produksi, dan meningkatkan kesejahteraan produsen beras.

“Proyek ini merupakan bukti bagaimana aksi iklim dan pembangunan ekonomi dapat berjalan beriringan,” ujar Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Denis Chaibi.

Ia menyebut Jawa Tengah memegang peran kunci, mengingat statusnya sebagai salah satu provinsi utama penghasil beras di Indonesia. Kabupaten seperti Klaten, Sragen, dan Boyolali kini menjadi lokasi percontohan penggunaan teknologi penggilingan hemat energi.

“Di Jawa Tengah, saya dan para duta besar yang lain telah melihat dampak nyata dari inovasi berkelanjutan, yakni emisi yang lebih rendah, ekonomi pedesaan yang lebih kokoh, dan kerja sama yang lebih erat antara Eropa dan Indonesia,” lanjut Denis.

Baca Juga: Revolusi Pengelolaan Air Limbah, Solusi Iklim yang Tersembunyi dari Jantung Kota

Pada Senin (30/6), ia bersama para duta besar negara Uni Eropa bertemu dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Surakarta untuk mendiskusikan kelanjutan kolaborasi proyek ini.

“Program SWITCH-Asia menegaskan komitmen kami terhadap kemitraan berkesinambungan yang bermanfaat bagi masyarakat dan Bumi," tegas Denis.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyambut baik proyek ini. Ia menyebut Jawa Tengah merupakan produsen beras terbesar kedua di Indonesia, menyuplai 18 persen kebutuhan nasional.

“Ekonomi Jawa Tengah sangat sehat dan kami akan membantu mengawal proses perizinan serta memberikan insentif pajak untuk proyek ekonomi hijau,” ucapnya.

Ia juga mengajak negara-negara Uni Eropa untuk berinvestasi dalam mendorong swasembada pangan dan praktik ekonomi hijau di provinsinya.

Program ini diimplementasikan oleh Preferred by Nature, bekerja sama dengan Perpadi dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP).

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI