Sayangnya, di lingkungan yang mengagungkan ketangguhan, mengakui kelelahan jiwa atau gangguan mental sering kali dianggap tabu. Stigma ini membuat banyak aparat memilih diam, hingga akhirnya tekanan itu meledak dalam bentuk yang tragis.
Kapolres Ternate, AKBP Anita Ratna Yulianto, telah memberikan konfirmasi singkat mengenai insiden ini.
“Itu bukan anggota Polres Ternate, namun itu anggota Polda,” ujarnya, meluruskan informasi bahwa oknum tersebut berada di bawah wewenang Polda Maluku Utara. Pernyataan ini penting untuk memisahkan yurisdiksi, namun drama kemanusiaan yang terjadi tetap menjadi milik publik yang menyaksikannya.
Kejadian ini lebih dari sekadar tontonan. Ini adalah cerminan bahwa setiap individu, terlepas dari profesinya, memiliki batas ketahanan.
Viralitas video ini seharusnya tidak hanya berhenti pada sensasi, tetapi juga memicu diskusi tentang pentingnya dukungan kesehatan mental bagi para aparat yang setiap hari berhadapan dengan situasi penuh tekanan.
Dunia yang terhubung secara digital memastikan tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Jeritan pilu seorang polisi di jalanan Ternate adalah pengingat yang kuat akan hal itu.