Suara.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang anggota polisi menangis histeris saat dijemput paksa oleh Propam di Ternate, Maluku Utara, baru-baru ini viral dan memicu berbagai reaksi.
Dalam video tersebut, oknum anggota Satuan Sabhara Polda Maluku Utara itu berteriak, "tolong-tolong saya tara mau jemput," sebuah pemandangan yang sontak menarik perhatian warga.
Pihak berwenang menyebut penjemputan ini terkait pelanggaran disiplin karena yang bersangkutan sering tidak masuk dinas.
Kapolres Ternate, AKBP Anita Ratna Yulianto, pun membenarkan kejadian tersebut, meski menegaskan oknum itu adalah anggota Polda Maluku Utara, bukan Polres Ternate.
Namun, di balik label "pelanggaran disiplin" dan "oknum", ada sebuah pertanyaan yang lebih besar dan jarang kita diskusikan: Apa yang sebenarnya terjadi di balik seragam mereka?
Apakah teriakan histeris itu murni pembangkangan, atau sebuah puncak dari tekanan mental yang tak tertahankan?
Di Balik Teriakan Histeris: Lebih dari Sekadar Malas?
Sangat mudah untuk mencap tindakan ini sebagai kemalasan atau ketidakdisiplinan.
Namun, insiden dramatis seperti ini sering kali merupakan gejala dari masalah yang jauh lebih dalam.
Baca Juga: Fatal! Dobrak Pintu Dikira Ada 'Pacar Gelap', Pria Ini Syok Tahu Siapa yang Dipukulnya
Bagi seorang aparat yang telah melalui pendidikan keras dan terikat sumpah, tindakan mangkir dari tugas hingga harus dijemput paksa adalah sebuah anomali.
Ini memaksa kita untuk melihat kemungkinan lain. Apakah ada tekanan kerja yang ekstrem? Masalah keluarga yang tak kunjung usai? Atau, isu yang paling sering diabaikan dalam institusi berseragam: kesehatan mental?
Sebuah studi tentang stres di kalangan personel Polri menunjukkan bahwa kondisi stres di kalangan anggota tergolong sangat tinggi, bahkan mencapai 96,04 persen pada bidang operasional.
Selain itu, data juga mengindikasikan bahwa sekitar 6,88 persen personel mengalami depresi level sedang hingga berat.
Sisi Gelap Kehidupan Aparat: Tekanan Batin yang Tak Terucap
Kehidupan seorang anggota polisi, terutama di level bawah, seringkali tidak seindah yang dibayangkan.