"Efek Jokowi" terbukti masih memiliki daya tarik elektoral yang signifikan. PSI jelas berharap nama besar Pangarep dapat menjadi magnet suara pada Pemilu 2029.
Namun, di sisi lain, label "dinasti politik" akan terus melekat dan menjadi sasaran kritik utama. Bagi pemilih muda dan kritis—yang notabene adalah target demografi PSI—isu politik dinasti bisa menjadi bumerang.
Mereka mendambakan meritokrasi dan regenerasi politik yang otentik, bukan yang berbasis pada hubungan darah.
Kini, pertanyaannya adalah:
- Mampukah Kaesang mengubah citra PSI dari sekadar "partai keluarga Jokowi" menjadi partai anak muda yang modern dan progresif secara ideologis?
- Dapatkah ia merumuskan strategi jitu untuk menembus ambang batas parlemen 4% pada 2029, sebuah pencapaian yang gagal diraih oleh ketua umum sebelumnya?
- Bagaimana ia akan menyeimbangkan antara memanfaatkan keuntungan sebagai putra presiden dan membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin politik yang mandiri?