Bagi Anies, semua tekanan ini adalah ujian keberanian. Ia berpegang pada filosofi bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang tidak takut kehilangan jabatan atau kekuasaan.
Alih-alih terpuruk, ia memilih menjadikan rentetan tekanan ini sebagai momentum untuk introspeksi dan perbaikan bersama.
"Saya justru melihatnya sebagai masa untuk kita memperbaiki diri bersama," katanya. Pengalaman pahit ini, menurutnya, adalah bagian dari proses pendewasaan dalam berpolitik yang ia serahkan hasilnya kepada Tuhan.