Menakar Peluang Letkol Teddy Jadi Cawapres di 2029, Duet dengan Gibran?

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Sabtu, 26 Juli 2025 | 13:27 WIB
Menakar Peluang Letkol Teddy Jadi Cawapres di 2029, Duet dengan Gibran?
Kolase Gibran dan Letkol Teddy. Menakar peluang Letkol Teddy jadi cawapres di Pilpres 2029. [kolase suara.com]

Suara.com - Nama Letkol Teddy Indra Wijaya terus melambung di pusaran politik nasional. Sosoknya yang melekat dengan Presiden Prabowo Subianto memicu spekulasi liar mengenai masa depannya, terutama menyongsong kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029.

Namun, di balik popularitasnya yang meroket, terbentang sebuah kalkulasi politik yang rumit dan penuh risiko.

Politisi senior, Zulfan Lindan, memberikan analisis tajam mengenai peta jalan politik yang mungkin dihadapi Teddy.

Menurutnya, langkah yang diambil Teddy pada 2029 akan sangat menentukan nasibnya pada pertarungan sesungguhnya di Pilpres 2034. Pilihan yang ada bukanlah sekadar maju atau tidak, melainkan sebuah permainan catur politik jangka panjang.

Risiko di Balik Bayang-Bayang Prabowo

Zulfan Lindan menyoroti ketergantungan citra politik Teddy pada Prabowo Subianto. Ia mengingatkan bahwa kekuatan Teddy saat ini adalah pantulan dari kekuatan patronnya. Tanpa Prabowo, posisi tawar Teddy bisa jadi sangat berbeda di mata partai politik.

"Kan begini orang kan melihat letkol Teddy ini kan melihat Pak Prabowo kan. Ya kan tanpa Pak Prabowo siapa Letkol Teddy kata orang. Betul enggak? Orang biasa aja. Iya kan gitu," ujar Zulfan dikutip dari Youtube Retorika Show.

Ketergantungan ini, menurut Zulfan, menjadi pisau bermata dua. Jika Teddy maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada 2029, ambisi selanjutnya tentu adalah menjadi calon presiden pada 2034. Di sinilah letak masalahnya.

"Letkol Teddy repotnya nanti oke jadi wakil presiden kan keinginannya selanjutnya nanti jadi presiden kan. Waktu presiden itu dia dengan kekuatannya sendiri tanpa Pak Prabowo di situ. Iya kan? Partai-partai bisa menghitung ulang gitu. Jadi kan yang paling bagus tuh sabar," analisisnya.

Baca Juga: Kapolri Minta Hima Persis Bersinergi Kawal Program Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ketika Prabowo tidak lagi menjadi faktor dominan pada 2034, partai politik akan melakukan kalkulasi ulang dan bisa saja meninggalkan Teddy yang dianggap tak lagi memiliki daya ungkit elektoral yang kuat.

Skenario Paling Menguntungkan: Lepas dari Orbit Prabowo?

Zulfan Lindan justru melihat ada skenario yang lebih strategis bagi Teddy. Alih-alih menjadi cawapres Prabowo pada 2029, akan jauh lebih menguntungkan bagi Teddy untuk menjadi pendamping bagi figur lain.

Langkah ini akan memberinya panggung untuk membuktikan kapasitas dan membangun basis kekuatannya sendiri, lepas dari bayang-bayang Prabowo.

"Teddy lebih menguntungkan jadi wapresnya orang lain dibanding jadi wapresnya Pak Prabowo supaya tidak berat ya di situlah dia nanti menunjukkan kemampuannya. Nah, nanti di situ baru 2034 dia maju sebagai capres," tegasnya.

Menurut Zulfan, kapasitas Teddy untuk menjadi seorang wakil presiden sebenarnya tidak perlu diragukan. Namun, dalam politik, kapasitas saja tidak cukup. Kondisi dan momentum politik adalah raja.

"Jadi saya kira dari segi kapasitas Tedy itu sudah cukup untuk menjadi Cawapres. Tetapi kan kondisi kan ini kan kita bicara kondisinya seperti apa gitu loh. Gitu," tambahnya.

Duet Gibran-Teddy: Jalan Tengah Koalisi Jokowi-Prabowo?

Lebih jauh, Zulfan Lindan memaparkan sebuah kemungkinan yang sangat menarik, terutama jika Prabowo Subianto memutuskan untuk tidak maju lagi pada 2029.

Sebuah "paket kompromi" bisa saja muncul untuk menjaga soliditas koalisi besar yang ada saat ini. Paket itu adalah duet Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Teddy Indra Wijaya sebagai Wakil Presiden.

"Nah, jadi ya ada kemungkinan nanti kalau Pak Prabowo enggak maju lagi di 2029 misalnya, ya sudahlah Gibran dululah Presiden, Tedy wakil. Itu melihat Jokowi dan Prabowo dalam satu periuk yang sama," ungkap Zulfan.

Skenario ini akan menjadi landasan ideal bagi Teddy untuk mempersiapkan diri menuju 2034. Setelah lima tahun menjadi wakil presiden di bawah Gibran, ia akan memiliki bekal dan legitimasi yang cukup untuk maju sebagai calon presiden.

"Nanti 2034 iya kan mungkin Teddy dilihat merasa sudah pantas juga jadi presiden. Bertarunglah. itu di situ lepas. Pak Jokowi sudah enggak lagi, Prabowo sudah tidak lagi diserahkan kepada partai-partai dan partai dipegang anak muda," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI