Suara.com - Di tengah berkumpulnya ribuan kader di Bali, teka-teki mengenai waktu pelaksanaan Kongres V PDI Perjuangan justru semakin menguat.
Pernyataan dari elite partai, Bambang 'Pacul' Wuryanto, memberikan sinyal bahwa ada pertimbangan strategis di balik layar yang lebih dalam dari sekadar penjadwalan.
Bambang Pacul secara cermat memilih kata-katanya saat ditanya mengenai alasan kongres terkesan lama digelar.
Alih-alih memberikan jawaban langsung, ia menunjuk figur spesifik di internal partai.
"Tentu ada argumentasi yang dipertimbangkan, dalam hal Pak (Yasonna) Laoly yang lebih banyak paham," ujarnya.
Penunjukan Yasonna Laoly, yang membidangi hukum dan perundang-undangan, memicu spekulasi bahwa pertimbangan tersebut bisa jadi berkaitan dengan aspek legal atau AD/ART partai yang krusial.
Sementara waktu pelaksanaan masih menjadi misteri, lokasi tampaknya sudah dikunci. Keyakinan Bambang Pacul untuk kembali menunjuk Bali bukanlah tanpa alasan.
"(Tahun 1998) kami kongres 98 di Bali, tahun 2000 di Jateng Semarang, 2005 di Bali, 2010 di Bali, 2019 di Bali. Saya kira (Kongres PDIP 2025) ini juga akan di Bali," paparnya.
Pernyataan ini menegaskan posisi Bali sebagai "kandang banteng" yang memiliki nilai historis dan psikologis penting bagi soliditas partai.
Baca Juga: 27 Juli: PDIP Meradang! Ribka Tjiptaning: Hasto Dizalimi, Keadilan Kudatuli Belum Tiba
Meskipun para petinggi seperti Wayan Koster menegaskan acara saat ini hanyalah bimtek
"Oh nggak (kongres), bimtek aja," ujar Koster.
Koster menjelaskan kegiatan bimtek tersebut merupakan agenda rutin DPP PDIP. Hanya saja, kali ini lokasi pelaksanaannya di Bali.