Suara.com - Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) adalah sebuah organisasi jejaring antarkota yang memiliki visi besar dalam pelestarian pusaka, budaya, dan sejarah bangsa. Didirikan pada 2008, JKPI hadir sebagai wadah kerja sama kota-kota di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan nilai historis, serta berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan yang berbasis warisan budaya.
JKPI kini telah tumbuh menjadi organisasi lintas daerah yang beranggotakan 75 pemerintah kota dan kabupaten dari berbagai penjuru Nusantara. Kota-kota ini memiliki identitas khas sebagai kota pusaka, dengan kekayaan warisan budaya benda dan takbenda, peninggalan arsitektural, bentang alam, dan nilai-nilai lokal yang melekat dalam kehidupan masyarakatnya.
Melalui JKPI, para anggota dapat saling bertukar pengetahuan, membagikan praktik-praktik terbaik pelestarian, memperkuat advokasi kebijakan pelindungan pusaka, serta menjalin kemitraan strategis dengan institusi nasional dan internasional seperti Kementerian Kebudayaan, UNESCO, dan lembaga pelestarian warisan dunia lainnya.
Salah satu agenda tahunan terpenting JKPI adalah Rapat Kerja Nasional (Rakernas), yang menjadi ruang bersama untuk mengevaluasi program, menyusun arah strategis organisasi, serta membahas isu-isu krusial terkait pelestarian kota pusaka. Selain itu, Rakernas juga menjadi ajang pengesahan anggota baru, laporan pertanggungjawaban organisasi, dan penentuan langkah-langkah kolaboratif tahun berikutnya.
Tahun ini, Kota Yogyakarta mendapat kehormatan sebagai tuan rumah Rakernas XI JKPI 2025. Penunjukan ditandai dengan serah terima Pataka Pusaka dari Kota Banjarmasin kepada Kota Yogyakarta, pada Kongres VI JKPI di Banjarmasin 2024.
Rakernas XI JKPI dijadwalkan berlangsung pada 5 hingga 9 Agustus 2025, dan diharapkan menjadi perhelatan budaya berskala nasional yang menggugah semangat pelestarian nilai-nilai pusaka.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengatakan Rakernas JKPI 2025 diharapkan membawa manfaat luas, tidak hanya bagi organisasi, tetapi juga bagi masyarakat Kota Yogyakarta. Pertama, kegiatan ini diharapkan memperkuat kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian budaya lokal, melalui berbagai pertunjukan seni, diskusi budaya, dan partisipasi publik. Rangkaian kegiatan yang tersebar di kawasan cagar budaya diharapkan meningkatkan daya tarik wisata heritage.
Menurut Hasto Wardoyo, kegiatan ini tak hanya menjadi ajang strategis bagi pelestarian warisan budaya, namun juga diharapkan memberi dampak ekonomi langsung bagi masyarakat, terutama pelaku UMKM dan sektor pariwisata lokal.
Hasto juga menyatakan kesiapan Kota Yogyakarta sebagai tuan rumah. Ia berharap perhelatan ini menjadi momen penting yang menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Ogah Pusing Dikritik Pedas Megawati, Begini Kata Jokowi soal Tangisan Puan Maharani di Rakernas PDIP
“Ketika nilai luhur budaya dan pusaka diimplementasikan, maka ia harus produktif dan inovatif. Jadi berbudaya itu harus bisa sekaligus bisa untuk menyejahterahkan,” ujar Hasto, Senin (28/7/2025).

Menurut Hasto, Rakernas XI JKPI 2025 di Kota Yogyakarta bukan sekadar pertemuan tahunan, melainkan momentum besar untuk memperkuat nilai-nilai pusaka, membangun jejaring budaya, serta menghidupkan kembali semangat kolektif dalam menjaga identitas kota.
Direktur Eksekutif JKPI, Asfarinal, menjelaskan JKPI berdiri pada 2008 di Kota Solo, dan berawal dari forum Kongres Kota Pusaka se-Asia Pasifik. Hingga kini, organisasi ini telah mewadahi 75 kota dan kabupaten, termasuk beberapa kabupaten bekas ibu kota kerajaan di Indonesia. “Kota Yogyakarta dipilih sebagai tuan rumah pada Rakernas sebelumnya. Kita tahu, Kota Yogyakarta tidak perlu diragukan sebagai kota budaya,” katanya.
Rakernas XI tahun ini juga akan menjadi momen penting bagi pengesahan anggota baru dan pembahasan arah kebijakan pelestarian kota pusaka di masa mendatang.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, mengatakan sebanyak 57 anggota JKPI sudah mengonfirmasi kehadiran, ditambah enam kabupaten/kota peninjau. “Jadi total ada 59 daerah, termasuk Kota Yogyakarta,” katanya.
Menurut Yetti, persiapan pelaksanaan Rakernas telah dimulai sejak akhir tahun 2024. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) ditunjuk sebagai leading sector dalam perencanaan teknis dan substansi acara. Dalam rapat koordinasi pada November 2024, ditetapkan tema besar Rakernas XI yaitu Resiliensi Kawasan Cagar Budaya Guna Mendorong Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan.