Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan serius mengenai potensi gempa raksasa dari zona megathrust di Indonesia. Kondisinya disebut jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan wilayah Kamchatka di Rusia Timur yang baru saja diguncang gempa dahsyat dan tsunami.
Peringatan ini datang langsung dari Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, yang menyoroti lamanya 'kekosongan' gempa besar di beberapa wilayah Indonesia, sebuah fenomena yang dikenal sebagai seismic gap.
“Zona megathrust kita lebih mengkhawatirkan,” tulis Daryono dalam unggahan di akun media sosial pribadinya, dikutip Minggu (3/8/2025).
Sebagai perbandingan, Daryono merujuk pada gempa M8,7 yang mengguncang Kamchatka, Rusia, pada 30 Juli 2025. Meskipun dahsyat, zona tersebut sebenarnya belum lama melepaskan energinya.
“Jika kita hitung lamanya kekosongan gempa besar atau seismic gap di Kamchatka sejak 1952 hingga saat ini, maka ternyata usia seismic gapnya baru berusia 73 tahun,” katanya.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa zona megathrust di Indonesia yang telah 'tertidur' dan terus menabung energi selama lebih dari dua abad. Daryono menyoroti dua zona yang paling kritis:
Megathrust Selatan Banten dan Selat Sunda: Zona ini telah mengalami kekosongan gempa besar selama 267 tahun.
Megathrust Mentawai - Siberut: Zona ini bahkan sudah lebih lama lagi, mengalami kekosongan selama 227 tahun sejak gempa besar terakhir pada tahun 1797.
Daryono memberikan gambaran yang gamblang mengenai potensi ancaman yang sedang dihadapi Indonesia. Ia menegaskan bahwa dengan durasi kekosongan yang sudah melampaui 200 tahun, kedua zona ini berada dalam kondisi yang sangat matang untuk melepaskan energi gempa raksasa.
Baca Juga: Penjelasan Kenapa Gempa Rusia Magnitudo 8,7 Tak Picu Tsunami Besar
“Sebagai perbandingan untuk ancaman megathrust di Indonesia, zona Seismic Gap Megathrust Selatan Banten dan Selat Sunda kini sudah berusia 267 tahun... dan zona Seismic Gap Megathrust Mentawai dan Siberut berusia 227 tahun karena gempa besar megathrust yang memicu tsunami terakhir tahun 1797,” jelas Daryono.
Ia pun menutup analisisnya dengan sebuah kesimpulan yang tegas dan menjadi peringatan keras bagi semua pihak.
“Megathrust Selat Sunda dan Mentawai usianya sudah lebih dari 200 tahun dan belum rilis energi gempa besar, yang tampaknya tinggal menunggu waktu. Zona Megathrust kita sebenarnya jauh lebih mengkhawatirkan daripada Zona Megathrust lain di dunia,” tandasnya.