Penjelasan Kenapa Gempa Rusia Magnitudo 8,7 Tak Picu Tsunami Besar

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 31 Juli 2025 | 14:59 WIB
Penjelasan Kenapa Gempa Rusia Magnitudo 8,7 Tak Picu Tsunami Besar
ilustrasi tsunami (Freepik/wirestock)

Suara.com - Ketika gempa dahsyat berkekuatan 8,7 magnitudo mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, dunia menahan napas. Ingatan akan tsunami monster di Aceh pada 2004 dan Jepang pada 2011 sontak membayangi, memicu kekhawatiran akan datangnya gelombang raksasa yang meluluhlantakkan pesisir Pasifik.

Namun, meski gempa tersebut tergolong 'megathrust' yang sangat kuat dan memicu tsunami setinggi empat meter di beberapa wilayah Rusia, kedahsyatannya tidak sebanding dengan kekuatan gempanya. Tsunami yang datang bukanlah 'monster' yang dikhawatirkan. Lalu, mengapa demikian?

Kekuatan Gempa Bukan Satu-satunya Penentu

Melansir laman BBC News Indonsia, Kamis (31/7/2025) Gempa di Kamchatka terjadi di "Cincin Api Pasifik", zona tumbukan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Gempa sebesar ini terjadi ketika lempeng samudra yang padat tersangkut saat menyusup ke bawah lempeng benua, lalu melepaskan energi yang terakumulasi selama ribuan tahun hanya dalam beberapa menit.

"Ketika kita berpikir tentang gempa bumi, kita biasanya membayangkan pusat gempa sebagai sebuah titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi yang begitu besar, patahannya akan pecah dalam jarak ratusan kilometer," jelas Dr Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London.

Pergeseran dasar laut inilah yang mendorong volume air raksasa dan menciptakan tsunami. Namun, besarnya pergeseran tidak serta merta menjamin datangnya tsunami yang menghancurkan. Ada faktor-faktor lain yang menjadi kunci.

Bentuk Dasar Laut dan 'Misteri' Kedalaman Gempa

Salah satu faktor penentu yang paling krusial adalah topografi atau bentuk dasar laut dan daratan itu sendiri. Bentuk pesisir yang landai atau curam, serta ada tidaknya palung di dekat pantai, sangat memengaruhi bagaimana energi tsunami akan dilepaskan.

"Ketinggian gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk dasar laut di dekat pantai dan [bentuk] daratan tempat gelombang tsunami tiba," kata Prof Lisa McNeill, profesor bidang tektonik di University of Southampton.

Baca Juga: Waspada Tsunami Rusia, Daerah Indonesia Bagian Mana Saja yang Berdekatan dengan Samudera Pasifik?

Faktor kedua yang mungkin menjadi jawaban adalah 'misteri' kedalaman pusat gempa. Laporan awal menyebut gempa terjadi di kedalaman yang cukup dangkal, sekitar 20,7 km, yang secara teori seharusnya memicu tsunami besar. Namun, para ahli menduga ada kemungkinan lain.

"Salah satu kemungkinannya adalah bahwa permodelan tsunami [yang dibuat lembaga survei dan badan geofisika] mengambil perkiraan kedalaman gempa yang konservatif," kata Dr Hicks kepada BBC News.

Menurutnya, jika model tersebut diubah dengan asumsi gempa terjadi 20 kilometer lebih dalam dari perkiraan awal, hasilnya akan sangat berbeda. Pergeseran kecil dalam data kedalaman ini bisa secara signifikan mengurangi kekuatan gelombang tsunami yang terbentuk.

Selain itu, dunia kini memiliki sistem peringatan dini yang jauh lebih baik dibandingkan saat tragedi Aceh 2004. Keberadaan pusat-pusat pemantau tsunami di negara-negara Pasifik memungkinkan peringatan disebar lebih cepat, memberikan waktu berharga bagi warga untuk melakukan evakuasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI