Suara.com - Sebuah cerita menggemparkan publik usai diunggah akun @xremiums di platform X (dulu Twitter) pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Unggahan tersebut berisi cerita viral dari Rusia, tentang seorang ayah yang memaksa sahabatnya menggali kuburannya sendiri setelah ketahuan melecehkan anak perempuannya yang masih berusia delapan tahun.
"Seorang ayah di Rusia paksa temannya untuk menggali kuburannya sendiri setelah ketahuan melecehkan anaknya yang berusia delapan tahun berulang kali. Dipaksa bundir?” demikian bunyi tulisan dalam unggahan tersebut.
Peristiwa ini terjadi pada musim gugur 2021, di desa kecil bernama Vintai, Samara, Rusia.
Kala itu, Vyacheslav Matrosov tengah duduk dan secara tak sengaja membuka ponsel milik sahabat lamanya, Oleg Sviridov. Dari rasa curiga kecil, dia menemukan folder tersembunyi berisi rekaman video.
Di layar ponsel tersebut, Matrosov menyaksikan video wajah anak-anak kecil, salah satunya adalah putrinya sendiri yang masih berusia delapan tahun.
Gadis kecil itu menangis, memohon, dan berkata lirih, "Paman Oleg, sudah cukup... aku ingin pulang".
Matrosov tentu murka menyaksikan video tersebut. Dia langsung mencoba mengonfrontasi Oleg, namun lelaki tersebut keburu melarikan diri.
Matrosov pun melaporkan kejadian tersebut ke polisi, dan aparat mulai melakukan pengejaran. Namun sebelum polisi sempat menangkap Oleg, Matrosov lebih dulu menemukannya.
Baca Juga: Viral Pria Ubah Lirik Lagu Indoesia Raya, Masukan Kata Sindiran 'Mafia dan Koruptor'
Dia menyeret Oleg ke sebuah hutan sunyi di pinggiran desa Vintai. "Gali," ucap Matrosov pelan namun tajam.
Oleg menunduk, tangannya gemetar mencengkeram tanah. Setiap sekop tanah yang diangkat menjadi hitungan mundur menuju ajal. Kuburan itu digali untuk dirinya sendiri.
Keesokan harinya, tubuh Oleg ditemukan di dalam lubang dangkal, penuh luka. Namun bukan dibunuh, hasil forensik menyatakan luka-luka tersebut dilakukan oleh dirinya sendiri.
Polisi lalu memburu Matrosov. Ayah gadis kecil tersebut pun ditahan dan sempat didakwa atas pembunuhan, namun kemudian pasal diubah menjadi "menghasut bunuh diri".
Pada April 2022, Pengadilan Krasnoglinsky memvonis Matrosov bersalah karena menghasut bunuh diri dan menjatuhkan hukuman 18 bulan penjara.
Namun, publik Rusia bereaksi. Petisi dukungan ditandatangani ribuan orang. Media sosial dipenuhi seruan yang membela Matrosov. Bahkan selebriti nasional ikut bersuara.
Akhirnya, Matrosov dibebaskan lebih cepat. Dia kembali ke rumah, bukan sebagai narapidana, tetapi sebagai sosok yang dipandang pahlawan oleh banyak orang tua.