Suara.com - Mahkota Sultan Siak bakal dipamerkan 7-10 Agustus 2025 di Jalan Sultan Syarif Kasim II, tepatnya di depan Masjid Agung Annur, Pekanbaru.
Kehadiran benda pusaka ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Riau ke-68 dan untuk pertama kalinya dipamerkan di Bumi Lancang Kuning sejak lebih dari 80 tahun silam tersimpan dalam museum nasional.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil menjelaskan jika Mahkota Sultan Siak tersebut dibuat seorang ahli perhiasan dari Jawa bernama Raden Mas Singo Sarwali.
Disebutkan Datuk Taufik bahwa Sultan Syarif Kasim I memerintahkan pembuatan mahkota kerajaan sekitar akhir abad ke-19.
Mengutip catatan lisan keluarga yang dijelaskannya, Raden Mas Singo Sarwali di lingkungan istana dikenal dengan Pangeran Ali.
“Pangeran Ali termasuk golongan Hamba Raja Dalam yang diberi kepercayaan tinggi oleh Sultan. Ia kemudian dibantu anak-anaknya seperti Karto dan Saribun dalam proses pembuatan mahkota,” ujar Taufik, Rabu (6/8/2025).
Menurut Taufik, pembuatan mahkota tersebut tercatat dalam penelusuran sejarah yang dilakukan oleh sejarawan dan budayawan Dadang Irham. Mahkota ini sekarang diakui sebagai salah satu benda pusaka paling sakral dalam sejarah kerajaan Melayu.
Mahkota Sultan Siak dibuat dari emas seberat sekitar dua kilogram dan dihiasi dengan taburan batu mulia berupa intan dan rubi.
Proses pembuatannya dilakukan di lingkungan istana Siak sendiri, menjadikan mahkota ini sebagai karya lokal yang memiliki nilai budaya tinggi.
Baca Juga: Hasil PSU di 5 Daerah Kembali Digugat ke MK, KPU RI Tunggu BRPK
Selain sebagai simbol kekuasaan, mahkota tersebut juga mengandung makna spiritual dan simbolis yang mendalam.
Dalam naskah kuno Ingatan Jabatan yang ditemukan oleh peneliti Universitas Nasional Singapura, Timothy P. Barnard, Mahkota Kerajaan Siak bahkan menempati posisi pertama dalam daftar 17 harta utama kerajaan.
Naskah yang merupakan turunan dari Bab al-Quwaid tahun 1901 ini juga mencatat bahwa mahkota terbuat dari emas dan berhiaskan satu butir intan utama.
Datuk Seri Taufik menyebut, kitab Ingatan Jabatan menjadi dokumen penting bukan hanya karena memuat daftar kekayaan kerajaan, tetapi juga karena mencatat sistem kerja dan administrasi kerajaan yang lebih terperinci daripada Bab al-Quwaid. Kitab ini kini diketahui hanya tersimpan di salah satu perpustakaan di Malaysia.
Sultan Syarif Kasim I yang memerintah sejak tahun 1864 dikenal sebagai tokoh pembaharu di Siak. Selain membuat mahkota, ia juga memerintahkan pembuatan kursi emas untuk keperluan istana.
Ketika wafat, beliau dianugerahi gelar kehormatan Marhum Mahkota sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya terhadap kerajaan, termasuk dalam pembuatan mahkota yang kini menjadi simbol kebesaran Kerajaan Siak.