Titik paling krusial dari insiden ini adalah saat Ustaz Felix Siauw menantang dasar hukum dari larangan tersebut. Ia tidak berdebat soal boleh atau tidaknya bendera itu, melainkan mempertanyakan landasan aturan yang digunakan petugas.
“Yang mau aku ajarin adalah, problematiknya cerita One Piece bukan bajak laut mas, tapi tentang orang sewanang-wenang, dan orang tidak suka. Tapi kalau memang ada aturannya (yang melarang), aturannya kasih tahu ke kita!” tegasnya.
Pertanyaan ini mengubah fokus perdebatan, dari sekadar simbol anime menjadi prinsip dasar negara hukum: setiap tindakan aparat harus didasarkan pada peraturan yang jelas dan tertulis, bukan interpretasi atau asumsi pribadi.
5. Mengungkap Celah Antara Pernyataan Politik dan Praktik Birokrasi
Secara keseluruhan, aksi ini berhasil mengungkap adanya potensi kesenjangan (gap) antara arahan politik di tingkat pusat dan praktik birokrasi di tingkat bawah. Insiden ini memunculkan pertanyaan penting:
- Apakah sosialisasi kebijakan dari pusat ke daerah sudah efektif?
- Apakah aparat di lapangan memiliki pemahaman yang seragam terhadap sebuah isu?
- Apakah ada standar operasional prosedur (SOP) lokal yang mungkin bertentangan dengan kebijakan nasional?
Terlepas dari pro-kontra yang menyertainya, sosial eksperimen ini secara tidak langsung telah memberikan evaluasi publik yang berharga mengenai konsistensi dan alur komunikasi dalam pemerintahan.