Jika drama tes DNA menyasar ranah personal dan moralitas Ridwan Kamil, pemanggilan oleh KPK membawa pertarungan ke level yang jauh lebih berbahaya: integritas dan hukum.
Serangan di ranah personal bisa dibantah dengan bukti konkret seperti tes DNA. Namun, serangan di ranah hukum, apalagi yang digerakkan oleh lembaga sekelas KPK, memiliki daya rusak yang lebih masif dan berkelanjutan.
Status "terperiksa KPK" atau bahkan sekadar "namanya disebut dalam pusaran korupsi" sudah cukup menjadi amunisi bagi lawan politik untuk membangun narasi negatif.
Publik tidak selalu menunggu vonis pengadilan. Proses penyelidikan yang diliput media secara intens sudah cukup untuk menciptakan keraguan dan menggerus citra "bersih" yang selama ini melekat pada seorang tokoh.
Lisa Mariana, dalam konteks ini, menjadi pion yang sangat strategis. Keterangannya sebagai saksi dari pihak swasta dapat menjadi kunci bagi KPK untuk membongkar dugaan aliran dana atau kesepakatan tersembunyi di balik kebijakan penyertaan modal Pemprov Jabar.
Bagi lawan politik Ridwan Kamil, kehadiran Lisa di gedung Merah Putih adalah sebuah kemenangan narasi, terlepas dari apa pun isi kesaksiannya nanti.
Pemanggilan Lisa Mariana ini menjadi tanda tanya besar, apakah Ridwan Kamil memang ditarget untuk dihancurkan secara personal? Lalu siapakah sutradaranya?