Bukan Era Cendana! Mekeng Sebut Isu Tutut Gantikan Bahlil di Pucuk Golkar Tidak Berdasar

Kamis, 21 Agustus 2025 | 20:02 WIB
Bukan Era Cendana! Mekeng Sebut Isu Tutut Gantikan Bahlil di Pucuk Golkar Tidak Berdasar
Politisi senior Partai Golkar, Melchias Marcus Mekeng menepis anggapan adanya dorongan Siti Hardijanti untuk menjadi Ketum Partai Golkar.

Suara.com - Politisi senior Partai Golkar, Melchias Marcus Mekeng, menepis isu yang mendorong Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto untuk menggantikan Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum Partai Golkar. 

Mekeng menyebut wacana tersebut tidak memiliki dasar yang kuat, mengingat partai saat ini tengah fokus pada konsolidasi internal di bawah kepemimpinan Bahlil.

"Saat ini Partai Golkar tidak sedang membahas tentang pergantian kepengurusan, karena Pak Bahlil sedang melakukan konsolidasi partai, jadi ini isu yang tidak berdasar," ujar Mekeng kepada Suara.com, Kamis (21/8/2025).

Bantahan keras ini merespons spekulasi yang berkembang setelah munculnya dukungan terhadap Tutut Soeharto untuk memimpin partai beringin. 

Salah satu suara dukungan yang tercatat datang dari M Rafik Datuk Rajo Kuaso, seorang kader Golkar yang juga menyandang gelar adat Datuk Kepala Pasukuan. 

Wacana ini pun sempat menghangat di ruang publik dan media sosial.

Mekeng, yang memiliki rekam jejak panjang di partai, termasuk pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum dan kini sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di MPR RI, menegaskan bahwa dorongan dari segelintir kader tersebut tidak perlu ditanggapi secara serius. 

Menurutnya, Partai Golkar memiliki mekanisme internal yang solid dan harus dihormati oleh seluruh kadernya.

Ia menganggap dorongan tersebut tidak relevan untuk diperdebatkan dalam situasi politik internal partai saat ini. 

Baca Juga: Ketika Skenario Suharto Menaikkan Mbak Tutut ke Kursi RI 1 Gagal Total

Mekeng menekankan bahwa Golkar beroperasi berdasarkan aturan main yang jelas dan baku.

"Tidak perlu ditanggapi karena partai punya AD/ART serta peraturan yang harus ditaati," tegasnya.

Sebelumnya, Rafik mengemukakan bahwa hubungan antara Keluarga Cendana dan Partai Golkar adalah ikatan historis yang tidak bisa dihapus atau dipisahkan dari perjalanan panjang partai.

Ia menegaskan, fondasi kekuatan Golkar saat ini merupakan warisan dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh Soeharto dan keluarganya.

"Keluarga besar Presiden Soeharto sudah menanamkan nilai, visi maupun misi sejak pendirian Golkar. Karena itu juga Golkar jadi salah satu kekuatan politik besar," kata Rafik, Kamis (21/8/2025).

Lebih dari sekadar ikatan sejarah, Rafik melihat figur Tutut memiliki kapasitas dan posisi yang sangat strategis untuk menjawab tantangan internal partai saat ini.

Ia diyakini mampu menjadi jembatan yang menyatukan kembali berbagai faksi, kader, dan simpatisan Golkar yang mungkin terpolarisasi.


Kemampuan ini, menurutnya, vital untuk memperkuat kembali jaringan partai hingga ke tingkat akar rumput.

“Ibu Tutut bisa jadi jembatan generasi lama dan generasi baru Partai Golkar," kata dia.

Kolase foto Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia (kiri) dan Tutut Soeharto (kanan). [Suara.com]
Kolase foto Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia (kiri) dan Tutut Soeharto (kanan). [Suara.com]

Apalagi, Mbak Tutut dinilainya sudah berpengalaman dalam politik, ketokohan yang mumpuni, serta mempunyai jaringan sosial politik besar.

Bagi para pendukungnya di internal, kepemimpinan Tutut diyakini akan menjadi katalisator yang menghidupkan kembali gairah dan semangat juang partai.

Kehadirannya di kursi nomor satu Golkar diharapkan dapat menyuntikkan energi baru, sekaligus menjadi magnet elektoral yang kuat, terutama bagi basis pemilih tradisional yang masih menyimpan ikatan emosional mendalam dengan sejarah partai.

Optimisme tinggi terpancar dari pernyataan Rafik. Ia percaya bahwa di bawah komando Tutut Soeharto, Golkar tidak hanya akan solid kembali.

Tak hanya itu, dia juga menilai Tutut mampu beradaptasi dan tetap menjadi pemain utama di panggung politik nasional yang terus berubah.

“Saya yakin, dengan Ibu Siti Hardiyanti Rukmana sebagai ketua umum, Golkar bisa kembali ke puncak kejayaannya serta tetap relevan di tengah perubahan zaman."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?