Suara.com - Masyarakat Indonesia belakangan ini dibayangi polemik hak cipta yang selama ini diabaikan dan dianggap lumrah.
Usai sebuah restoran didenda miliaran rupiah karena memutar lagu tanpa izin, kini nonton bareng alias nobar pun dipermasalahkan.
Seorang warga di Solo, Jawa Tengah, mengaku diminta membayar Rp50 juta setelah warungnya menggelar nobar pertandingkan sepak bola.
Joko, bukan nama sebenarnya, tidak memiliki lisensi resmi sehingga dianggap melanggar hak siar.
Tak main-main, Joko ditetapkan Polda Jawa Tengah sebagai tersangka pada 31 Juli 2025 atas dugaan melanggar Pasal 25 UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Kronologinya, sebagai pemilik warung sejak 2016, Joko mengaku rutin menggelar nobar karena menyukai sepak bola dan lebih senang menontonnya ramai-ramai.
"Rasanya lebih senang kalau nonton bola rame-rame. Banyak teman komunitas ikut nobar di tempat saya," ujar Joko, dikutip pada Kamis, 21 Agustus 2025.
Somasi beberapa kali dikirimkan pemegang hak siar kepada Joko sejak 2019. Oleh sebab itu, Joko mulai berlangganan.
Baca Juga: Revolusi Izin Konser! DPR Gandeng Polisi, EO Wajib Lunas Royalti Sebelum Dapat Izin Gelar Keramaian
Harga yang disepakati pemegang hak siar untuk Joko selaku pelaku UMKM adalah Rp13 juta per tahun.
Dengan kapasitas warung maksimal 40 orang, angka tersebut cukup tinggi untuk Joko sehingga pembayarannya dicicil sebanyak dua kali.
"Waktu ada paket UMKM Rp13 juta saja, hitungannya saya masih rugi," jelas Joko yang mengaku hanya untung puluhan ribu dari menggelar acara nobar.
Joko tak memperpanjang lisensi lantaran harganya berubah menjadi Rp25 juta, ditambah denda Rp25 juta sehingga ia harus membayar Rp50 juta.
Bukan hanya Joko, kabarnya ada lima pemilik usaha di Solo yang juga menerima somasi karena menggelar nobar.
"Ada yang dituntut Rp100 juta sampai Rp350 juta. Bahkan ada yang langsung tutup usahanya karena takut berurusan dengan hukum," beber Joko.