Suara.com - Konten kreator Fathian Pujakesuma kembali mengomentari dinamika gerakan “17+8 Tuntutan Rakyat” yang belakangan marak dibicarakan publik.
Ia menegaskan, masyarakat harus waspada terhadap provokasi yang sengaja dimainkan untuk mengadu domba.
Menurutnya, pihak-pihak yang berusaha melemahkan gerakan rakyat kini semakin piawai dalam membungkus narasi provokatif.
“Sekarang sudah tanggal 5 ya, deadline pertama untuk tuntutan yang 17+8, dan provokator itu pinter banget. Makin pinter mereka. Mereka tahu gimana cara memprovokasi lo tanpa bikin lo sadar bahwa lo sedang terprovokasi,” ujarnya, dikutip Minggu, 7 September 2025.
Fathian menyinggung isu menyesatkan yang kerap disebarkan lewat konten viral, misalnya video seorang ibu berjilbab pink yang menyebut bahwa jika Presiden Prabowo Subianto turun, maka Anies Baswedan otomatis menggantikan.
Baginya, narasi tersebut keliru dan tidak masuk akal.
“Mau itu video asli pun, nggak masuk akal gua orang itu take it seriously. Ibu-ibu itu bilang seperti itu kemungkinan besar dia kurang pendidikan. Dia tidak mendapatkan haknya untuk terdidik yang harusnya dia dapatkan,” jelasnya.
Fathian menekankan, aturan konstitusi sudah jelas: jika presiden lengser, penggantinya adalah wakil presiden.
Namun ia sendiri menyatakan enggan jika skenario itu benar-benar terjadi.
Baca Juga: Soal 17+8 Tuntutan Rakyat, Fathian: Lawan Monster Ungu Hanya Bisa dengan Bersatu
“Prabowo turun katanya, men, enggak ada yang mau Prabowo turun. Gua juga nggak mau. Kita semua tahu kalau Prabowo turun, yang naik adalah followers gua yang bernama Gibran,” katanya dengan nada satir.
Fathian menambahkan, hanya kelompok kecil yang mungkin mendukung Gibran, mulai dari keluarga, staf, hingga sebagian penggemar.
Selain isu suksesi, Fathian juga menyoroti perdebatan soal simbol warna yang menurutnya justru memperkeruh suasana.
“Nggak suka ibu-ibu itu rasis. Gua warna hijau, aja. Hijau katanya buto hijau, kolor hijau, pocong mumun, plankton, Green Goblin, Poison Ivy, Ketua PPP yang korupsi, jahat semua. Gimana mau ganti warna lagi?” sindirnya.
Ia mengingatkan, perbedaan justru harus dikelola dengan semangat persatuan.
“Bhinneka Tunggal Ika itu teman-teman, artinya kita mengamini perbedaan, yet, kita mencari cara biar tetap bersatu,” ucapnya.