Demo Ricuh Berujung Maut, Prabowo Tuding Ada Makar, Kinerja Intelijen Dipertanyakan

Minggu, 07 September 2025 | 18:05 WIB
Demo Ricuh Berujung Maut, Prabowo Tuding Ada Makar, Kinerja Intelijen Dipertanyakan
Presiden RI Prabowo Subianto
Baca 10 detik
  • Tudingan Makar Dipertanyakan
  • Kinerja Intelijen Disorot
  • Secara Politik Dinilai Mustahil

Suara.com - Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut adanya gejala tindakan makar di balik gelombang demonstrasi ricuh akhir Agustus lalu kini menjadi bumerang. Alih-alih menenangkan situasi, tudingan serius dari kepala negara tersebut justru memicu pertanyaan kritis terhadap kinerja aparat intelijen negara dan menuntut adanya bukti konkret, bukan sekadar retorika politik.

Kericuhan yang pecah dan menelan korban jiwa seharusnya menjadi fokus utama penanganan pemerintah. Namun, pernyataan Prabowo dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Minggu (31/8/2025), yang mengendus adanya upaya penggulingan kekuasaan secara ilegal atau makar, dinilai terlalu dini dan berisiko.

Pengamat politik dan militer, Selamat Ginting, mempertanyakan dasar dari klaim tersebut.

Menurut Ginting, publik kini berhak menuntut transparansi dari pemerintah. Jika memang ada upaya makar, siapa dalangnya dan apa buktinya?

Tanpa jawaban yang jelas, pernyataan presiden bisa dianggap sebagai pengalihan isu dari kegagalan aparat dalam mengantisipasi dan menangani kerusuhan.

"Kata-kata makar itu seharusnya harus didalami betul karena itu publik pasti akan menuntut siapa pelaku makar itu?" kata Selamat dalam podcast di YouTube Akbar Faizal Uncensored dengan tajuk 'A Map of Elite Conflict & Foreign Infiltration. A Scenario of Treasure and Terrorism Behind The B...', dikutip Minggu (7/9/2025).

Selamat Ginting menilai, keberanian Prabowo melontarkan kata "makar" harus diimbangi dengan data intelijen yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Jika tidak, hal ini hanya akan menjadi tudingan kosong yang justru dapat memperkeruh suasana. Kinerja Badan Intelijen Negara (BIN) dan lembaga intelijen lainnya pun secara tidak langsung dipertanyakan, apakah mereka gagal mendeteksi potensi kerusuhan hingga jatuh korban, dan apakah kajian intelijen yang disodorkan kepada presiden benar-benar valid?

"Saya kira kata-kata makar yang diungkapkan oleh Presiden Prabowo berani sekali, apakah ini memang sudah hasil kajian intelijen? Publik tentu akan bertanya, siapa orang makarnya itu," tegas Selamat.

Baca Juga: Pengamat Sarankan Prabowo Kumpulkan Menteri Pasca Kericuhan: Evaluasi Loyalitas, Jangan ABS

Ia menambahkan bahwa tuduhan makar bukanlah perkara sepele yang bisa dilontarkan tanpa konsekuensi. Ini adalah upaya serius untuk menggulingkan pemerintahan yang sah, dan harus dibuktikan dengan tindakan nyata, bukan sekadar wacana.

"Jangan omon omon saja karena kalau makar itu betul-betul tindakannya memang ingin menggulingkan pemerintahnya," sambung Selamat.

Lebih jauh, Ginting menganalisis bahwa secara politik, upaya makar untuk menjatuhkan Prabowo saat ini hampir mustahil dilakukan. Dengan dukungan mayoritas partai politik di parlemen dan tingkat kepuasan publik yang diklaim mencapai lebih dari 80 persen, posisi eksekutif sangatlah kuat.

Hal itu membuat klaim makar menjadi semakin janggal dan sulit diterima secara logika politik.

"Kalau kita lihat bagaimana dukungan mayoritas partai politik di parlemen tidak memungkinkan itu. Artinya secara politik tidak memungkinkan. belum lagi katanya prabowo didukung dengan tingkat kepuasan lebih dari 80 persen," kata Selamat.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?