Suara.com - Presiden Prabowo Subianto disebut tengah berada di 'tikungan terakhir', momen krusial yang akan menentukan nasib pemerintahannya: terus melaju dengan 'ban peninggalan Jokowi' atau menggantinya untuk menghindari kejatuhan.
Hal tersebut diungkap Said Didu dalam siniar terbaru Refly Harun.
Menurutnya, Prabowo telah lama diperingatkan untuk "mengganti ban"—sebuah metafora untuk merombak timnya dari orang-orang yang dianggap sisa-sisa rezim Jokowi, dan berpotensi membuatnya 'jatuh' di tengah jalan.
“Kalau Bapak lanjutkan dengan memakai bannya Jokowi, maka pasti Bapak jatuh,” ujar Said Didu dalam siniar itu, dikutip Senin (8/9/2025).
Namun, ia melihat ada tanda-tanda positif Prabowo mulai menyadari kondisi genting ini.
“Saya melihat ada tanda-tanda dia menyadari, untuk menyelamatkan negara ini. Kelihatannya beliau sudah menggunakan telinganya, sehingga memanggil beberapa unsur untuk didengarkan langsung,” ungkapnya.
Munculnya Sjafrie Sjamsoeddin dan Hilangnya Menkopolhukam
Said Didu mencatat adanya perubahan signifikan dalam pendekatan Prabowo pasca-krisis, yang ditandai dengan munculnya Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sebagai figur sentral.
Ia mengulas kronologi peristiwa: demo murni pada tanggal 25, meninggalnya driver ojol Afan Kurniawan pada 27, disusul pemanggilan Kapolri serta Panglima TNI ke Hambalang oleh Prabowo pada 28.
Baca Juga: Profil dan Sepak Terjang Budi Gunawan Dicopot dari Kursi Menkopolkam Oleh Prabowo
Namun, langkah memanggil dua petinggi aparat itu dinilai tidak meredakan amarah publik, bahkan berujung pada eskalasi dan penjarahan pada tanggal 29. Titik baliknya, terjadi setelah itu.
“Setelah Prabowo menyadari, akhirnya dimunculkanlah Sjafrie Sjamsoeddin di sidang kabinet tanggal 30,” kata Said Didu.
Menariknya, Sjafrie yang notabene Menteri Pertahanan, justru tampil berbicara di forum tersebut, mengambil peran yang seharusnya diisi oleh Menkopolhukam Budi Gunawan yang justru tak terlihat.
“Secara kelembagaan itu enggak kena, yang dimunculkan itu, tapi mereda,” tambahnya, menyoroti keanehan namun efektivitas langkah Prabowo tersebut.
Didu menyoroti hilangnya Menkopolhukam Budi Gunawan dalam penanganan krisis ini, menyebutnya sebagai bagian dari “ban lama” yang lebih condong ke "Solo".
Geng 'SOP' sebagai Musuh Bersama