Rupiah Justru Perkasa di Tengah Reshuffle Kabinet

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 08 September 2025 | 16:40 WIB
Rupiah Justru Perkasa di Tengah Reshuffle Kabinet
Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Rupiah Tetap Menguat Meski Adanya Kabar Reshuffle
  • Sektor Eksternal Data Ekonomi AS yang Melambat Sokong Rupiah Menguat
  • Tingginya Cadangan Devisa Indonesia Turut Menguatkan Rupiah Terhadap USD

Suara.com - Pergerakan nilai tukar rupiah masih menguat di tengah kabar perombakan kabinet atau reshuffle yang mendera sejumlah menteri termasuk salah satunya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 123 point sebelumnya sempat menguat 130 point dilevel Rp 16.309 per USD.

Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah ini lebih didorong dari sentimen luar negeri di mana data ekonomi Amerika Serikat mengalami perlambatan.

Misalnya, laporan ketenagakerjaan AS terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja yang signifikan dan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,3 persen.

Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas salah satu tempat penukaran mata uang asing menunjukkan uang rupiah dan dolar AS, Jakarta, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

"Hal ini memperkuat sentimen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan September, dengan peluang tipis untuk penurunan yang lebih substansial sebesar 50 basis poin," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/9/2025).

Selain itu, tutur Ibrahim, rilis data neraca perdagangan tumbuh sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan pada bulan Agustus. Namun, pertumbuhan ekspor melambat tajam dan meleset dari ekspektasi, menandakan melemahnya permintaan luar negeri di tengah kondisi ekonomi yang menurun di pasar-pasar terbesar negara tersebut.

"Tarif perdagangan AS terhadap China juga tetap relatif tinggi, yang pada gilirannya menekan permintaan ekspor. Impor China juga tumbuh jauh lebih lambat dari perkiraan, menandakan lemahnya permintaan domestik," imbuhnya.

Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut, tingginya cadangan devisa Indonesia turut menjadi sokongan rupiah bisa perkasa pada hari ini. Karena Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Oleh sebab itu, cadangan devisa sebesar USD 150,7 miliar itu diyakini memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal sejalan dengan tetap terjaganya prospek ekspor, neraca transaksi modal, dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus," pungkasnya

Baca Juga: Profil Purbaya Yudhi Sadewa: Jurus Baru Prabowo Selamatkan Ekonomi Indonesia?

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI