PKB soal Bencana Sumatra: Saling Tuding Cuma Bikin Lemah, Kita Kembali ke Khitah Gotong Royong

Bella Suara.Com
Selasa, 23 Desember 2025 | 17:22 WIB
PKB soal Bencana Sumatra: Saling Tuding Cuma Bikin Lemah, Kita Kembali ke Khitah Gotong Royong
ILUSTRASI - Sejumlah warga menyeberang sungai melalui jembatan darurat di wilayah Tenge Besi, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh. [Khalis Surry/Suara.com].
Baca 10 detik
  • Ketua Bidang Komunikasi PKB, Ahmad Iman Sukri, meminta semua pihak menghentikan saling tuding pasca bencana Sumatra demi persatuan.
  • Sukri menekankan bahwa gotong royong adalah kunci pemulihan, bukan melemahkan narasi di tengah krisis bencana.
  • PKB telah menerjunkan tim untuk menyalurkan bantuan logistik mendesak bagi para korban banjir di Sumatera.

Suara.com - Ahmad Iman Sukri, Ketua Bidang Komunikasi Informasi Teknologi Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, menyerukan agar semua pihak tidak saling menuding terkait bencana Sumatra.

Sebaliknya, Sukri menegaskan, PKB menganjurkan seluruh elemen bangsa menghentikan narasi yang saling melemahkan, dan kembali ke khittah persatuan nasional melalui gotong royong.

Pemulihan seusai banjir Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, tidak akan pernah mencapai titik maksimal jika energi bangsa habis hanya untuk memperdebatkan siapa yang salah.

Menurutnya, saat ini adalah momentum krusial untuk menunjukkan solidaritas tanpa batas.

"Persatuan dan gotong royong menjadi dua kata kunci dalam penanganan bencana di Aceh, Sumbar dan Sumut, bukan malah saling melemahkan," ujar Ahmad Iman, Selasa (23/12/2025).

Menggali Kembali Identitas Bangsa yang Memudar

Ahmad Iman Sukri menilai, dalam beberapa tahun terakhir, esensi gotong royong yang menjadi fondasi dasar sosiologis bangsa Indonesia perlahan mulai tergerus oleh kepentingan sektoral dan ego kelompok.

Padahal, sejarah membuktikan bahwa bangsa ini mampu melewati berbagai krisis besar hanya dengan kekuatan kebersamaan.

Ia menjelaskan, konsep gotong royong adalah warisan murni nenek moyang yang tidak mengenal strata sosial.

Baca Juga: Beras Seharga Nyawa, Warga Pedalaman Aceh Jalan Kaki Sehari Semalam untuk Makan

Dalam konteks bencana Sumatra saat ini, seharusnya tidak ada lagi sekat antara pejabat, rakyat, maupun afiliasi politik tertentu.

"Nilai gotong royong menjadi bagian dari identitas budaya bangsa Indonesia, yang melambangkan solidaritas, kepedulian, dan kebersamaan. Untuk penanganan pascabanjir di Sumatera dan Aceh dibutuhkan gotong royong, semua elemen bergerak, tidak saling melemahkan," tuturnya dengan nada tegas.

Sebagai Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Ahmad Iman melihat ada pergeseran paradigma sosial yang mengkhawatirkan.

Ia menekankan, gotong royong memiliki empat pilar utama yang harus segera diaktifkan kembali: mempererat tali persaudaraan, meringankan beban sesama, meningkatkan kerukunan, dan meningkatkan efisiensi penanganan di lapangan.

"Melemahkan bukan konsep bangsa ini. Menumbuhkan rasa kekeluargaan dan persatuan di tengah masyarakat itu baru konsep kita," kata Ahmad Iman.

Korban Butuh Aksi Nyata, Bukan Narasi yang Menjatuhkan

Kondisi psikologis para korban di pengungsian saat ini sangat rentan. Ahmad Iman mengingatkan bahwa konsumsi informasi negatif atau berita yang bernada saling serang hanya akan memperburuk mentalitas masyarakat yang sedang tertimpa musibah. Fokus utama seharusnya dialihkan sepenuhnya pada dukungan moril dan materil.

"Saatnya seluruh elemen bersatu, jangan lagi saling serang, saling menyalahkan, saling merasa paling bisa membantu. Rendahkan ego kita semua untuk membantu saudara kita di Aceh, Sumbar dan Sumut," ucap Ahmad Iman Syukri.

PKB, lanjutnya, telah menerjunkan tim untuk memetakan kebutuhan mendesak di lapangan.

Berdasarkan laporan yang diterima, para korban sangat membutuhkan pasokan logistik dasar yang seringkali terhambat distribusinya jika koordinasi antar-lembaga tidak berjalan harmonis.

"PKB paham betul kondisi yang terjadi di lapangan. Bagaimana korban banjir membutuhkan bantuan air bersih, makanan, selimut, bahkan rumah tinggal. Bagaimana balita membutuhkan susu, vitamin dan makanan penunjang lainnya. Ini semua tidak bisa terselesaikan kalau kita tidak bersatu. Jangan lagi kita meributkan hal-hal yang berdampak negatif bagi korban banjir. Sekali lagi kita harus fokus membantu saudara-saudara kita," ucapnya.

Apresiasi untuk Petugas di Garis Depan

Di sisi lain, Ahmad Iman memberikan apresiasi tinggi terhadap dedikasi para petugas yang bekerja tanpa henti di lokasi bencana.

Mulai dari TNI, Polri, BNPB, Basarnas, hingga relawan lokal yang menjadi ujung tombak penyelamatan.

Ia juga menyoroti peran krusial petugas teknis seperti dari PLN dan Pertamina yang memastikan infrastruktur energi tetap terjaga meski dalam kondisi sulit.

"Pemerintah saat ini bekerja sepenuh hati menangani persoalan pelik pasca banjir bandang. TNI, Polri, BNBP, Basarnas, pemerintah daerah, relawan, dan rakyat bahu membahu membantu korban banjir," jelasnya.

Tidak hanya dari unsur pemerintah, Ahmad Iman memastikan bahwa mesin partai dan badan sayap PKB telah diinstruksikan untuk bekerja ekstra dalam menyalurkan bantuan ke pelosok daerah terdampak.

"Bahkan, PKB dengan badan sayap partai bekeria siang-malam membantu saudara-aaudara kita di Aceh, Sumbar dan Sumut. Itu semua kita lakukan untuk menolong saudara-saudara kita," ucapnya.

Menutup pernyataannya, ia kembali mengajak seluruh tokoh publik dan masyarakat di kota-kota besar untuk menunjukkan empati yang konkret. Keberhasilan penanganan bencana di Sumatra adalah ujian bagi solidaritas nasional Indonesia di akhir tahun 2025 ini.

"Kita turunkan ego untuk membantu saudara kita di Aceh, Sumbar dan Sumut," pungkasnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI