Sutradara Hirokazu Kore-eda menyatakan ide membuat film "Broker" ini muncul saat ia menggarap film "Like Father, Like Son" (2013). Kala itu, ia menjadi akrab dengan topik seputar "baby hatches" atau kotak bayi melalui sebuah buku dan sempat membahasnya dalam sebuah program.
Selama riset yang dilakukan sendiri, ia menemukan fakta bahwa permasalahan meninggalkan bayi dalam kotak juga terjadi di Korea.
"Selama penulisan naskah dan penelitian saya di Korea, saya mendengar cerita tentang anak-anak yang ditinggalkan dalam kotak bayi. Melihat anak-anak putus asa mempertanyakan diri mereka sendiri, "Apakah benar-benar ada hal yang baik bagi saya untuk dilahirkan?" Saya dipenuhi dengan keinginan untuk membuat film yang dapat menjawab pertanyaan itu," ungkapnya dalam pernyataan tertulis sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Secara umum, fenomena meninggalkan bayi di dalam sebuah kotak pada dinding yang disediakan pusat-pusat sosial seperti gereja atau rumah sakit terjadi di banyak negara di dunia, tidak hanya di Korea dan Jepang.
Dilema dua sisi, antara pemenuhan hak anak dan ibu, ditunjukkan dalam film "Broker" dengan cara halus tanpa terjebak dalam pandangan hitam-putih. Baik Dong-soo maupun So-young sama-sama mengajukan pertanyaan fundamental.
Dong-soo sebagai laki-laki dewasa yang menyimpan masa lalu kelam selalu mempertanyakan tindakan ibu yang membuang bayinya dan tak memberi kesempatan pada anak-anak terlantar untuk menelusuri identitas aslinya.
Sementara So-young harus bergumul dengan stigma "perempuan jahat" di samping dirinya juga mengemban permasalahan-permasalahan rumit.
Ketika mendapat pertanyaan dari detektif mengapa ia harus membuang bayi kalau tidak menginginkan , So-young justru mengajukan pertanyaan balik: apakah dirinya harus melakukan aborsi?