Banyak Oknum Pengendara Problematik, Netizen Catatkan 31 Dosa Besar Xpander: Tabiat Kondang Sejak Perang Dunia 2?

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Rabu, 20 November 2024 | 17:25 WIB
Banyak Oknum Pengendara Problematik, Netizen Catatkan 31 Dosa Besar Xpander: Tabiat Kondang Sejak Perang Dunia 2?
Mitsubishi Xpander Ultimate CVT (Mitsubishi Indonesia)

Mobil ini dijual dengan harga Rp 263 juta hingga Rp 324,5 jutaan.

Mitsubishi Xpander 2024. (Mitsubishi Motors Indonesia)
Mitsubishi Xpander 2024. (Mitsubishi Motors Indonesia)

Tak cuma Xpander

Pada utas tersebut, beberapa pengguna media sosial juga menyinggung bahwa aksi ceroboh pengendara juga kerap dilakukan oleh pengguna mobil jenis lain, mulai dari yang SUV kelas menengah seperti Fortuner dkk, dan juga mobil LCGC 7 seater yang kerap berulah di tol.

Rupanya terdapat riset yang menjelaskan kenapa ada banyak pengendara yang ceroboh, atau istilah kekiniannya "arogan".

Dikutip dari BBC, fenomena ini disebut dengan "Jebakan Persepsi Diri", di mana pengendara terlalu percaya diri, menilai keterampilan diri sendiri terlalu tinggi, padahal skill berkendara cuma gitu-gitu aja.

"Tapi bukan hanya pengemudi yang agresif yang menganggap diri mereka sebagai pengemudi yang lebih baik daripada yang sebenarnya. Secara umum, pengemudi terkenal buruk dalam menilai keterampilan mereka sendiri," tulis BBC.

Studi AS telah menunjukkan bahwa sebagian besar peserta survei menganggap diri mereka sebagai pengemudi yang lebih baik dari rata-rata.

Mitsubishi Xpander 2024. (Mitsubishi Motors Indonesia)
Mitsubishi Xpander 2024. (Mitsubishi Motors Indonesia)

Persepsi diri yang meningkat ini berbahaya, dalam pengalaman Sally Kyd, seorang ahli hukum pidana di University of Leicester di Inggris.

"Pengemudi memiliki kecenderungan untuk melihat diri mereka sebagai pengemudi ahli, yang keterampilannya di atas pengemudi rata-rata," kata Kyd.

Baca Juga: Toyota: PPN 12 Persen Berarti Harga Mobil Naik

"Mereka cenderung mengemudi dengan risiko karena mereka tidak mempertimbangkan undang-undang mengemudi untuk diterapkan pada mereka."

Salah satu alasan kesenjangan antara perilaku mengemudi yang sebenarnya dan dinilai sendiri adalah perbedaan keyakinan tentang apa yang merupakan mengemudi yang terampil atau aman.

"Studi terbaru kami telah menyarankan bahwa penyebab utama interaksi jalan yang negatif adalah gesekan antara berbagai gaya mengemudi di jalan," kata Steven Love, yang meneliti psikologi kognitif dan keselamatan jalan di Kolaborasi Penelitian Keselamatan Jalan MAIC/UniSC di Sippy Downs, Australia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI