suara hijau

Gaikindo Tolak Rencana Insentif Mobil Hidrogen: Jangan Lompat Terlalu Jauh!

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 22 April 2025 | 17:16 WIB
Gaikindo Tolak Rencana Insentif Mobil Hidrogen: Jangan Lompat Terlalu Jauh!
Direktur Utama PT PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra (kiri) menunjukkan fasilitas di stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (SPBH) kepada Secretary Department of Climate Change, Energy,The Environment, and Water (DCCEEW) Australia David Fredericks (kanan). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rencana pemerintah untuk memberikan insentif mobil hidrogen rupanya tak disambut oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo. Asosiasi pabrikan mobil Indonesia itu mengatakan pemerintah sebaiknya fokus pada biofuel, alih-alih melompat ke teknologi yang belum teruji.

Sementara itu di Indonesia beberapa merek otomotif seperti Toyota dan Hyundai sudah gencar mengembangkan teknologi hidrogen, termasuk membangun stasiun pengisian hidrogen. PLN di sisi lain juga mengaku sudah siap mendukung teknologi baru tersebut.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan perlu kajian menyeluruh sebelum pemerintah fokus pada teknologi hidrogen.

"Untuk saat ini fokus yang sudah teruji, kalau tujuannya mau nol emisi, untuk mencapai itu jangan lompat terlalu jauh ke hidrogen, karena itu memerlukan teknologi yang berbeda," Kukuh pada Minggu (20/4/2025).

Dia mengemukakan hal itu ketika dimintai tanggapan mengenai pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia perihal wacana pemberian insentif untuk pengembangan mobil berbahan bakar hidrogen apabila ada investor yang tertarik menanamkan modal dalam usaha itu.

Kukuh mengatakan bahwa pengembangan mobil berbahan bakar hidrogen membutuhkan dukungan sumber daya, teknologi, dan infrastruktur, yang saat ini masih jauh dari kata siap.

"Perlu kajian yang menyeluruh, jangan sampai nanti kita mendorong orang (investor) masuk ke sini, tapi kemudian pasokan hidrogennya tidak ada. Itu betul-betul perlu kajian yang komprehensif," katanya.

Kukuh mencontohkan penggunaan gas alam terkompresi (Compressed Natural Gas/CNG) dan gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) pada armada bus dan truk yang akhirnya terhenti karena tidak ada kesinambungan pasokan bisa dijadikan sebagai pelajaran.

Kukuh mengatakan, pemerintah lebih baik mengikuti peta jalan yang sudah dibuat untuk mencapai target emisi karbon nol tahun 2060.

Baca Juga: Pemerintah Janji Beri Insentif untuk Mobil Hidrogen

Ia menyampaikan bahwa peta jalan menuju emisi karbon nol mencakup peningkatan penggunaan bahan bakar dari sumber organik atau biofuel seperti biodiesel B40 dan bioetanol E5.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI