Pertama, selalu sedia dana cadangan buat isi bensin mendadak. Kedua, manfaatkan aplikasi SPBU terdekat agar kamu nggak kelabakan cari pom.
Ketiga, rutin cek indikator bensin. Jangan anggap remeh, karena Mio ini cukup sensitif soal isi tangki. Kalau kamu punya anggaran lebih, modifikasi tangki bisa jadi solusi jangka panjang.
Dan terakhir, catat konsumsi BBM harian. Selain buat kontrol pribadi, ini juga bisa jadi ‘bukti pembelaan’ kalau ada yang iseng ngejek motor kamu boros.
![Yamaha Mio M3 125. [Yamaha]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/01/32430-yamaha-mio-m3-125.jpg)
Biar makin irit, perhatikan juga cara berkendara. Ban yang kurang angin bisa bikin konsumsi bensin boros. Gaya riding yang agresif pun begitu. Lebih baik santai saja, toh jalanan juga bukan sirkuit balap.
Jangan lupa servis rutin dan gunakan bahan bakar yang sesuai. Kadang, sedikit investasi di awal bisa bikin kamu hemat banyak dalam jangka panjang.
Jadi, kalau ada yang bilang Mio itu motor boros, kamu bisa jawab dengan tenang: “Bukan boros, cuma sering haus. Namanya juga mungil, wajar kalau butuh perhatian ekstra.”
Lagipula, siapa tahu karena sering ke SPBU kamu malah ketemu gebetan, kan?
Satu hal yang bisa kita pelajari dari Mio: kelemahan itu relatif. Ukuran kecil bukan berarti lemah, tapi hanya butuh pendekatan berbeda. Dan siapa tahu, dari “kekurangan” itu justru muncul kekuatan baru.
Karena di balik bodi kecilnya, Mio tetap tangguh, lincah, dan setia menemani setiap perjalanan.
Baca Juga: Jadi Menteri PAN-RB, Rini Widyantini Ternyata Setia Koleksi Yamaha Mio Tahun 2006
Jadi, masih minder pakai Mio? Harusnya bangga dong. Mio bukan motor boros, tapi motor pintar yang tahu cara hemat. Dia bukan high-maintenance, cuma butuh perhatian lebih. Dan itu bukan kelemahan—itu gaya hidup!