Menemukan agar ditemukan, demikian motto The Tanggokers, sebuah Yayasan Ikan Endemik Air Tawar Bangka Belitung.
The Tanggokers awalnya sebuah komunitas beberapa pemuda lokal yang tergerak hatinya untuk memberikan kontribusi langsung dan kongkrit dalam rangka menyelamatkan ikan lokal dan endemik air tawar Pulau Bangka Belitung.
“Kami bergerak atas kemauan sendiri, mencoba untuk melestarikan eksistensi keberagaman ikan lokal dan endemik air tawar Pulau Bangka Belitung,” demikian ungkap Pembina The Tanggokers, Swarlanda saat ditemui wowbabel beberapa hari lalu.
Komunitas ini pun bergerak secara swadaya mulai Tahun 2020 lalu untuk melakukan pendataan dan mengidentifikasi ikan endemik air tawar yang ada di Pulau Bangka.
“Jujur, awalnya semua kami lakukan dengan dana sendiri, kami merogoh kantong sendiri. Untuk mendirikan yayasan saja kami mendapat bantuan dari orang yang peduli dengan kegiatan kami,” tutur Swarlanda.
Namun demikian The Tanggokers tak berkecil hati, mereka terus berupaya menggandeng pihak-pihak terkait, seperti akademisi dari beberapa kampus yang ada baik di Bangka Belitung maupun secara nasional. Bahkan The Tanggokers juga mengandeng LIPI untuk membantu mereka mengidentifikasi ikan endemik Pulau Bangka Belitung.
Sehingga The Tanggokers boleh dikatakan pioner di Indonesia, sebagai satu-satunya yayasan komunitas pemerhati ikan lokal dan endemik. The Tanggokers memiliki misi: Menemukan, Memperkenalkan, Melestarikan, dan Melindungi Ikan Lokal dan Endemik Air Tawar Pulau Bangka.
“Tak jarang kami harus belusukan ke sungai yang berada di dalam hutan untuk memastikan apakah ikan endemik Pulau Bangka masih ada atau tidak. Terkadang harus berjalan kaki menyusuri sungai berlumpur,” tutur Swarlanda.
Swarlanda mengatakan di Pusat Riset dan Edukasi The Tanggokers ada 55 spesies ikan lokal (bisa ditemui di semua daerah dengan sama karakter), lokality (bisa ditemui dimana saja tetapi memiliki karakter yang berbeda) dan endemik (hanya bisa ditemukan di suatu daerah).
{separator}
Ditambahkan Swarlanda setidaknya mereka sudah menemukan tujuh jenis ikan endemik air tawar Pulau Bangka, yakni Parosphromenus deissneri (Gurami Paros), Enchoclaries tapeinocterus (Ikan Kelik Sulung), Wild Betta Coroparynx (Ikan Tempalak Budu), Wild Betta Budigala (Ikan Tempalak Mirah), Wild Betta Cchalleri (Ikan Tempalak Punggor), Sundadanio gargula dan Parosphromenus juelinae
“Tujuh jenis ikan endemik air tawar Pulau Bangka ini terancam punah,” imbuh Swarlanda.
Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan-ikan tersebut terancam punah, diantaranya pembalakan hutan, limbah produksi dari pabrik, serta menurunnya perhatian masyarakat akan pentingnya keberadaan ikan lokal dan endemik untuk generasi sekarang dan masa depan.
Tidak Menebar Bibit Ikan Sembarangan
Swarlanda mengingatkan agar pihak terkait, seperti pemerintah, pihak swasta atau masyarakat tidak menebar bibit ikan sembarangan, terutama ikan dari luar. Lantaran hal ini menjadi salah satu sebab punahnya ikan endemik air tawar di Pulau Bangka.
“Melihat fenomena dimana banyaknya tersebar ikan invasif air tawar dari luar daerah dan luar negeri yang menjadi ikan konsumsi dan ikan hias di daerah Pulau Bangka. Seperti ikan lele, nila, red jewel, red devil, ikan barb Sumatra dan lain-lain yang mengakibatkan menurun dan punahnya keberadaan jenis ikan lokal dan endemik air tawar Pulau Bangka,” ungkap Swarlanda.
Diterangkan Swarlanda, keberagaman spesies ikan lokal dan endemik air tawar Pulau Bangka merupakan kekayaan hayati yang mempunyai nilai ekonomi secara langsung dan tidak langsung.
"Nilai ekonomi secara langsung meliputi nilai kegunaan secara konsumtif dan nilai kegunaan produktif. Keberagaman ikan lokal dan endemik memiliki esensi yang mendasar dalam mata rantai ekologi," kata Swarlanda.
Apabila satu spesies ikan punah, maka hal ini akan mempengaruhi mata rantai ekologi. Penyebab kepunahan suatu spesies disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor eksploitasi yang berlebihan, perusakan habitat, fragmentasi habitat, polusi dan degradasi habitat. Sehingga populasi ikan-ikan lokal dan endemik menjadi terancam punah sejalan dengan berjalannya waktu dan tingginya kerusakan habitat alami.
"Permasalahan yang serius terhadap menurunnya populasi ikan-ikan lokal dan endemik memerlukan solusiyang nyata," tukas Swarlanda.(wb)