Dengan komitmen berperan aktif membantu pemerintah Indonesia mengatasi stunting, FrieslandCampina telah memulai survei di tahun 2010 untuk mengetahui status gizi anak-anak di beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melalui South-East Asia Nutrition Surveys (SEANUTS), yakni studi lapangan yang mempelajari status gizi dan kesehatan anak-anak di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam.
Menurut Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro, SEANUTS bertujuan memberikan wawasan tentang status kesehatan anak dengan mengukur asupan makanan, kebiasaan makan, status gizi, pertumbuhan, komposisi tubuh, aktivitas fisik, serta perkembangan dan kinerja kognitif.
Hasil temuan SEANUTS ini kemudian dimanfaatkan oleh FFI untuk membuat program-program kerja yang mendukung perbaikan gizi dan mencegah stunting pada anak-anak Indonesia, termasuk menyediakan produk-produk susu yang berkualitas tinggi.
Terbaru, brand susu tersebut memperkenalkan produk susu pertumbuhan FRISIAN FLAG® PRIMAGRO® yang mengandung 9 asam amino esensial (AAE) dan DHA 4 kali lebih tinggi, yang merupakan kandungan tertinggi dibandingkan dengan produk sejenis di kelasnya, untuk memastikan anak-anak tumbuh kuat dan tinggi, berkembang kemampuan kognitif menjadi anak yang kreatif dalam memecahkan masalah.
“Produk susu pertumbuhan terbaru tersebut mengandung formula yang lebih lengkap dan jumlah yang lebih banyak, yaitu 9AAE yang merupakan kandungan tertinggi dibandingkan dengan produk sejenis di kelasnya, DHA 4X lebih tinggi*, serta omega 3, omega 6, minyak ikan, tinggi protein, serta lebih dari 14 vitamin dan 9 mineral," ujar Category Marketing Manager PT Frisian Flag Indonesia, Pratiwi Rosani, dalam acara peluncuran yang dilakukan secara virtual, Kamis (17/2/2022).

Kombinasi kandungan prima pada susu pertumbuhan ini mampu memaksimalkan perkembangan otak dan tumbuh kembang yang dibutuhkan anak di 1000 hari pertama kehidupannya.
Pratiwi menegaskan bahwa kandungan 9AAE di susu pertumbuhannya sangat penting, karena tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri dan harus dipenuhi dari sumber protein hewani seperti daging, ikan, ayam, telur atau susu.
Menurut studi yang dilakukan oleh National Center for Biotechnology Information, anak-anak yang kekurangan satu jenis 9AAE, akan menurunkan potensi tinggi badan, bahkan hingga 50% apabila keseluruhan 9AAE tidak terpenuhi.
Dan tanpa 9AAE yang lengkap, penyerapan nutrisi prima lainnya tidak akan maksimal. Hal ini berarti bahwa kekurangan 9AAE sangat berpengaruh bagi pertumbuhan fisik, dan perkembangan otak, dan dapat meningkatkan risiko stunting.
Baca Juga: Stunting di Kaltim Pada 2021 Jadi Sorotan DPR RI, Wagub Kaltim Hadi Mulyadi Harapkan Hal Ini
Bantu Orangtua Monitor Pertumbuhan Anak