“Saya batasi untuk maksimal 10, sebab di diskusi ini saya intens untuk memahami pola pikir mereka, sehingga bisa mengarahkan antara yang diinginkan dosen dan kemampuan mahasiswa,” tuturnya.
Saat ini, hanya Ginanjar sendiri yang ikut serta dan berperan menjadi dosen dalam diskusi tersebut, dan tidak ada dosen yang lainnya.
Sementara untuk jadwalnya para mahasiswa dapat melihatnya di Instagram pribadi milik Ginanjar yakni @ginanjarrahmawan dan grup Telegram.
Dengan mengikuti diskusi ini, mahasiswa akan lebih leluasa dalam bertanya karena dapat langsung berinteraksi dengan Ginanjar, berbeda halnya ketika hanya melalui online yang masih banyak keterbatasan dalam berinteraksi.
Bagi Ginanjar, selain memberikan edukasi kepada para mahasiswa adanya diskusi ini juga memberikan manfaat kepada dirinya.
Dimana ia mendapat teman diskusi yakni para mahasiswa dengan bidang ilmu yang berada diluar ilmu yang ia pelajari sehingga membuat Ginanjar bisa mendapatkan ilmu baru.
“Hal yang menarik bagi saya adalah ketika diskusi dengan mahasiswa ilmu diluar ilmu saya. Waktu itu diskusi dengan mahasiswa kedokteran, disitu saya juga belajar bagaimana kebiasaan temen-temen kedokteran dalam menyusun skripsi, metode apa yang sering dipakai, alat analisa apa yang mereka pakai. Sehingga ini jadi ilmu baru saya, ketika ada mahasiswa kedokteran lainnya, saya bisa memberikan saran. Begitu pula dari ilmu seperti pendidikan (ada yang fisika bahkan matematika), serta yang saya banyak belajar juga dari temen-temen prodi Agama Islam, biasanya dari kampus UIN.” Jelas Ginanjar.