Evaluasi Raymond/Joaquin usai Korea Masters 2025, Perkuat Otot Tangan Jelang Australia Open 2025

Arief Apriadi Suara.Com
Senin, 10 November 2025 | 11:34 WIB
Evaluasi Raymond/Joaquin usai Korea Masters 2025, Perkuat Otot Tangan Jelang Australia Open 2025
Pelatih Andrei Adistia menilai konsistensi, kesabaran, dan stamina menjadi PR utama. (X/INABadminton)
Baca 10 detik
  • Raymond/Joaquin runner-up Korea Masters 2025 dan akan tampil di Australia Open Super 500 pada 18–23 November.
  • Pelatih Andrei Adistia menilai konsistensi, kesabaran, dan stamina menjadi PR utama.
  • Variasi pertahanan dan efektivitas serangan harus ditingkatkan untuk bersaing di level lebih tinggi.

Suara.com - Menjelang keikutsertaan di Australia Open 2025 yang masuk kategori BWF World Tour Super 500, pasangan ganda putra muda Indonesia, Raymond Indra/Nikolaus Joaquin, kembali mendapat sorotan dari tim pelatih pelatnas PBSI.

Turnamen tersebut akan berlangsung di Sydney pada 18–23 November, hanya sepekan setelah kiprah mereka di Korea Masters.

Raymond/Joaquin baru saja menutup perjalanan di Iksan sebagai runner-up Korea Masters 2025.

Pada laga final, mereka harus mengakui keunggulan pasangan Korea Selatan Lee Jongmin/Wang Chan dengan skor 21-16, 16-21, 6-21.

Kekalahan itu menurut pelatih ganda putra PBSI, Andrei Adistia, menghadirkan banyak catatan penting, khususnya terkait ritme permainan.

Dalam evaluasinya, Andrei menilai pasangan muda tersebut kehilangan kesabaran pada dua gim terakhir.

“Pada gim kedua dan ketiga mereka terlihat ingin langsung mematikan dari bola serangan dan kurang sabar. Shuttlecock juga cukup lambat dan pertahanan lawan rapat. Ini menjadi evaluasi penting untuk turnamen berikutnya,” ujar Andrei dalam keterangan resmi PP PBSI, Minggu.

Andrei menjelaskan bahwa penurunan tenaga di gim penentu juga membuat efektivitas serangan merosot.

“Tenaga tangan terkuras, sehingga finishing mereka tidak keluar. Ini akan kami perbaiki sebelum Australia Open,” katanya.

Baca Juga: Evaluasi Ketat, Enam Pebulu Tangkis Indonesia Terdegradasi dari Pelatnas

Selain soal stamina dan agresivitas, variasi bertahan turut menjadi sorotan.

Menurut Andrei, Raymond/Joaquin justru mengikuti pola permainan aman yang diinginkan lawan, bukan memaksakan gaya mereka sendiri.

“Padahal dari bola atas serangan mereka bisa menghasilkan banyak poin. Variasi defence harus lebih kaya agar tidak mudah dibaca,” ujarnya.

Meski demikian, Andrei tetap mengapresiasi progres keduanya.

Dalam dua keikutsertaan di turnamen BWF Super 300, mereka sudah dua kali menembus final—capaian yang menunjukkan potensi besar untuk level berikutnya.

Dengan level Australia Open yang lebih berat, pelatih berharap pengalaman di Korea bisa menjadi pijakan penting.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI