- Hannah Schmitz adalah Principal Strategy Engineer Red Bull yang menjadi otak strategi kemenangan Max Verstappen.
- Schmitz menunjukkan kemampuan pengambilan keputusan cepat, misalnya saat *safety car* di Qatar lap ketujuh.
- Perempuan 40 tahun ini memiliki latar belakang pendidikan teknik dari Cambridge dan inspirasi bagi perempuan di F1.
Suara.com - Jika Max Verstappen berhasil menjuarai gelar F1 musim ini, kesuksesan itu tak lepas dari kerja keras seorang wanita Inggris berusia 40 tahun, Hannah Schmitz.
Insinyur dan Principal Strategy Engineer Red Bull ini digadang-gadang sebagai senjata rahasia di balik strategi cerdas yang membawa Verstappen ke posisi puncak.
Schmitz, ibu dua anak, sudah menjadi otak di balik keputusan taktis krusial bagi Red Bull.
Kecepatan berpikirnya yang luar biasa pernah mengantarkan Verstappen meraih kemenangan dramatis dan kontroversial melawan Lewis Hamilton di balapan terakhir musim 2021.
Kini, di tengah persaingan sengit dengan Lando Norris dan Oscar Piastri, peran Schmitz kembali jadi penentu.
Hannah memulai kariernya di Red Bull pada 2009 dengan mengerjakan simulator tim.
![Pembalap Red Bull Racing Max Verstappen merayakan keberhasilannya menjadi juara F1 GP Amerika Serikat 2025 setelah menempati posisi pertama balapan di Sirkuit of the Americas, Austin, Texas, Amerika Serikat, Minggu (19/10/2025) waktu setempat. [formula1.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/20/88833-max-verstappen.jpg)
Dengan gelar Master di bidang teknik dari Cambridge, ia naik jabatan cepat, menjadi race strategist dalam dua tahun, dan pada 2021 resmi menempati posisi Principal Strategy Engineer.
Laporan HLN menyebut, Schmitz dapat menentukan langkah besar hanya dalam 2–4 detik saat safety car dikerahkan.
Contohnya, di Qatar akhir pekan lalu, keputusan Schmitz untuk memanggil Verstappen masuk pit pada lap ketujuh menjadi momen kunci yang menentukan kemenangan.
Baca Juga: Jadwal F1 GP Abu Dhabi 2025: 3 Pembalap Siap Rebut Gelar Juara Dunia
Meski berada di lingkungan Formula 1 yang banyak didominasi pria, Schmitz ingin jadi inspirasi bagi perempuan lain.
“F1 bisa menjadi dunia pria, tapi saya ingin menunjukkan bahwa perempuan juga bisa membuat dampak besar,” ungkapnya dilansir dari Dailymail.
Persiapan detailnya untuk setiap balapan, mulai dari strategi hingga simulasi ribuan skenario, memastikan Red Bull tetap kompetitif meski mobil mereka terkadang kalah dibanding McLaren.
Sejarah membuktikan ketajaman Schmitz.
Keputusan taktisnya di Brasil 2019 dan Hungaria 2022 memunculkan momen kemenangan spektakuler bagi Verstappen, termasuk comeback dramatis di Abu Dhabi 2021 yang masih dikenang sebagai salah satu balapan paling mendebarkan dalam sejarah F1.
Kini, di Abu Dhabi musim ini, Schmitz kembali menghadirkan momen penentu.