- Tim bulu tangkis Indonesia langsung menjajal atmosfer Gymnasium 4 Thammasat University Rangsit Campus pada Jumat.
- Latihan intensitas ringan ini bertujuan adaptasi lapangan dan pemulihan kebugaran fisik setelah perjalanan jauh.
- Pemain menyoroti kemiripan lapangan dengan turnamen lain, namun faktor hembusan angin AC belum terdeteksi pasti.
Suara.com - Skuad bulu tangkis Indonesia tak mau membuang waktu dan langsung menjajal atmosfer Gymnasium 4 Thammasat University Rangsit Campus, Jumat, setibanya di Thailand.
Kesan pertama pun langsung diungkapkan oleh para penggawa Merah Putih, mulai dari kondisi hembusan angin hingga karakteristik lapangan yang akan menjadi medan pertempuran SEA Games 2025.
Febriana Dwipuji Kusuma dan Sabar Karyaman Gutama secara terbuka membeberkan detail teknis yang mereka rasakan selama satu jam sesi latihan adaptasi tersebut.
Sesi latihan perdana ini memang dirancang dengan intensitas ringan, hanya berupa permainan 3 lawan 3 atau 4 lawan 4 untuk mengembalikan kebugaran fisik pasca perjalanan jauh.
Bagi pebulu tangkis ganda putri, Febriana Dwipuji Kusuma, kesempatan menjajal lapangan ini sangat krusial meski durasinya tidak terlalu panjang.
Pemain yang akrab disapa Ana ini merasa sesi tersebut cukup efektif untuk menghilangkan kekakuan otot sebelum pertandingan sesungguhnya dimulai.
“Hari ini kami sambil mencoba lapangan, waktu latihan tidak banyak tapi cukup untuk melemaskan otot dan gerakan agar tidak terlalu kaku,” ujar Febriana.
Sementara itu, sorotan lebih teknis datang dari sektor putra melalui pandangan Sabar Karyaman Gutama.
Pasangan main Moh Reza Pahlevi Isfahani ini memberikan analisis perbandingan antara arena SEA Games kali ini dengan turnamen lain yang biasa digelar di Thailand.
Baca Juga: Tanpa Marselino Ferdinan, Indonesia Tetap Diunggulkan di SEA Games 2025!
Menurut Sabar, secara visual dan rasa, kondisi lapangan di Gymnasium 4 ini memiliki kemiripan dengan arena Thailand Open atau Thailand Masters.
“Secara keseluruhan kondisi lapangan tidak jauh berbeda dengan di Thailand Open atau Masters,” kata Sabar.
Namun, ada satu hal misterius yang masih menjadi perhatian Sabar dan kawan-kawan, yakni faktor hembusan angin dari pendingin ruangan (AC).
Sabar menyoroti bahwa kondisi angin belum sepenuhnya bisa diprediksi karena ada kemungkinan sistem pendingin belum dinyalakan secara maksimal saat latihan berlangsung.
Hal ini menjadi catatan penting karena arah angin di dalam gedung seringkali menjadi faktor penentu akurasi pukulan seorang pemain.
“Tipikalnya mirip, tapi kami belum tahu apakah pendingin ruangan sudah menyala semua atau belum karena itu bisa mempengaruhi arah angin,” jelas Sabar.